Arsia berusaha melupakan pertemuan singkat kemarin, baginya mungkin saja itu adalah pertemuan yang tidak disengaja dan belum tentu juga Atlantik tertarik padanya.
Berdasarkan pengalamannya yang berulangkali mencintai laki-laki secara sepihak sih, Arsia bisa membuat kesimpulan kalau dirinya tidak terlalu tampak menarik di mata kaum Adam.
Bukan tanpa alasan Arsia menyimpulkan hal tersebut, terkadang ia sering berlarut-larut menatap dirinya di depan cermin yang berukuran panjang di kamarnya. Sesekali juga, ia melihatnya ekspresi wajahnya sendiri atau menghabiskan seharian untuk merias diri disana sampai orang tuanya saja cuman bisa geleng-geleng kepala melihat anak gadisnya tersebut.
Dan benar saja, setelah seharian ia susah tidur karena kepikiran wajah tampan Atlantik. Akibatnya, Arsia sedikit mengantuk dan kurang bersemangat saat berjalan melewati koridor sekolah.
Tetapi rasa kantuk itu mendadak hilang, tatkala saat ia melihat Atlantik yang sedang berdiri didepan kelasnya seperti tengah menunggu kedatangannya. Apalagi saat itu Atlantik masih mengenakan tas ransel coklat dengan garis-garis merah, seolah-olah menandakan kalau ia belum sempat ke kelas hanya demi menunggu seseorang disana.
Dengan langkah yang berusaha tenang, Arsia berjalan menghampiri Atlantik sambil memperlihatkan Senyuman ramahnya kepada sang senior.
"Selamat Pagi, kak!" sapa Arsia yang berusaha bersikap sopan kepada Atlantik, tetapi Atlantik sama sekali tidak membalas sapaan Arsia.
Malahan Atlantik langsung menarik tangan Arsia untuk menjauh dari kelas menuju koridor yang sedikit sepi.
"Kamu gak datang kemarin? Kenapa?" tanya Atlantik, sontak saja Arsia cuman bisa memasang wajah bingung karena setahu dirinya kalau ia sama sekali tidak menjanjikan apapun pada Atlantik.
"Maksudnya, kak Atlantik?" tanya Arsia.
"Kok kamu malah nanyak balik, Sia." Atlantik tersenyum , tubuhnya yang lumayan tinggi dari Arsia membuatnya sedikit menunduk untuk menyamakan tinggi mereka dan membuat keduanya saling berpapasan satu sama lain.
"Maaf ya kak, kayaknya Sia lupa deh. Memangnya Sia janji apa sama kak Atlantik?" tanya Arsia tanpa ragu, padahal kenyataannya ia mulai deg-degan dan tidak bisa membayangkan bagaimana nantinya kalau Atlantik marah padanya.
Tetapi ketakutannya sama sekali tidak terbukti, Atlantik cuman tertawa geli saja untuk beberapa saat dengan tetap menahan posisinya.
"Kalau dipikir-pikir kamu cantik juga ya," gumamnya yang malah mengacuhkan pertanyaan Arsia, tetapi sepertinya gumaman itu sempat terdengar di telinga Arsia sampai membuat gadis itu salah tingkah.
"Kak Atlantik! Jangan buat Sia baper dong, Lagian kakak belum jawab pertanyaan Sia tadi!" keluh Arsia yang berusaha tetap menahan gejolak hatinya yang tidak bisa berbohong, kalau sebenarnya ia senang mendengarkan pujian Atlantik.
Atlantik kembali berdiri tegak, "Aku lagi gak buat kamu Baper kok, memang kenyataannya kamu itu cantik."
Perkataan Atlantik tersebut , malahan membuat Wajah Arsia memerah padam karena tidak tahan mendengarkan pujian dari Atlantik dan jujur saja ia ingin segera menghilang dari hadapan Atlantik detik itu juga.