Dua Samudra

Indah lestari
Chapter #18

Perjalanan Rombongan Gereja #18

"Adalagi yang bisa kami bantu?" tanya resepsionis kepada rombongan tur gereja Tante Vey. Sementara itu, Rea sibuk memperhatikan sekitar hotel bintang empat tersebut.

Sebelum tiba di hotel, Rea diharuskan menginap di rumah Tante Vey. Tante Vey mengajaknya untuk bergabung dengan tim gereja dalam kunjungan ke Solo menggunakan bus. Karena kesibukan kemarin, Rea baru bisa datang ke rumah Tante Vey pada sore hari. Ia sudah mengemas semua perlengkapan, mulai dari pakaian hingga obat asma semprot, dan memasukkannya ke dalam tas ransel.

Ketika malam tiba, saat Rea hendak tidur, pintu tiba-tiba terbuka. Rea cepat-cepat menutup mata dan sedikit mengintip, takut jika malam itu akan ada pekerjaan tambahan dari Tante Vey. Dengan waspada, ia mengamati Tante Vey yang tampak memeriksa isi ransel Rea secara diam-diam. Setelah merasa puas melihat-lihat isi tas, Tante Vey menutup ransel dengan hati-hati dan keluar dari kamar tersebut, meninggalkan Rea dengan perasaan campur aduk.

Keesokan paginya, Rea merasa agak cemas tetapi tetap bersikap profesional. Ia melanjutkan persiapannya untuk perjalanan ke Solo, berusaha fokus pada tujuan perjalanan tersebut.

Hati Rea sangat senang karena sudah lama sekali tidak mengikuti kegiatan tur menggunakan bus. Namun, di sisi lain, Rea adalah seorang Muslim yang berdiri sendirian di tengah rombongan tur gereja Tante Vey. Meskipun demikian, Rea berusaha menepis ketakutannya. Ia tahu bahwa Tante Vey telah menerima pesan dari papanya agar tidak membaptisnya, mengingat kekhawatiran terhadap reaksi orang tua kandung Rea.

Perjalanan menuju Solo dimulai dengan penuh semangat. Rea menikmati pemandangan dari jendela bus yang membentang luas, meski dalam hati ia masih merasakan kegugupan. Sesekali, Rea ikut mendengarkan obrolan ringan dari para peserta tur, berusaha untuk terlibat tanpa merasa terasing.

Saat bus berhenti di tempat peristirahatan, Tante Vey mendekati Rea dengan ramah. "Bagaimana, Rea? Apakah kamu merasa nyaman?" tanyanya.

"Ya, Tante, terima kasih. Semuanya baik-baik saja," jawab Rea sambil tersenyum. Ia berusaha menunjukkan sikap positif, meskipun di dalam hati ada rasa khawatir yang terus menggelayuti.

Di tengah perjalanan, Tante Vey memperkenalkan Rea kepada beberapa anggota rombongan yang ramah, berusaha membuatnya merasa lebih diterima. Rea menghargai usaha tersebut dan merasa sedikit lebih tenang. Namun, ia tetap menjaga kewaspadaan, terutama ketika percakapan mulai menyentuh topik yang berhubungan dengan kepercayaan agama.

Seiring berjalannya waktu, Rea mulai merasa lebih nyaman dan bisa menikmati perjalanan. Ia tahu bahwa tantangan tetap ada, tetapi ia memilih untuk fokus pada pengalaman positif dari tur ini, berharap bahwa keberadaannya di antara rombongan dapat membawa pemahaman dan toleransi yang lebih baik.

Di tengah perjalanan, bus berhenti di sebuah situs bersejarah. Semua peserta turun untuk menjelajahi tempat tersebut. Rea, meskipun masih merasa agak canggung, memutuskan untuk ikut. Ia tertarik dengan sejarah dan budaya yang ada, dan berusaha untuk menikmati setiap momen.

Lihat selengkapnya