Dua Samudra

Indah lestari
Chapter #21

Di Balik Pintu 208 #21

Ibu Rea memasuki rumah sakit dengan wajah penuh kecemasan. Setelah melewati beberapa pintu di lorong rumah sakit, ia akhirnya membuka pintu bertuliskan "208". Di dalam ruangan, terdengar suara alat pengukur detak jantung. Di ranjang, ayah kandung Rea terbaring lemah dengan wajah pucat. Di sampingnya, terdapat papan penjelasan yang menunjukkan bahwa ia sedang menderita demensia.

Sebelum dirawat di rumah sakit, ayah Rea sudah lama menderita sakit. Ia pernah mengalami stroke yang menyebabkan kerusakan pada sel-sel otaknya, yang kemudian berkembang menjadi demensia.

Ibu Rea berdiri di samping ranjang ayahnya, menatap dengan penuh kekhawatiran. Dia menyentuh tangan suaminya dengan lembut, mencoba memberikan dukungan meski hatinya berat. Ayah Rea, dengan mata yang setengah tertutup dan tubuh yang lemah, tampak tidak sepenuhnya sadar akan kehadiran di sekelilingnya.

Seorang dokter masuk ke ruangan, membawa catatan medis dan memeriksa monitor detak jantung. Dengan nada lembut, dokter tersebut mulai menjelaskan kondisi ayah Rea kepada ibu Rea.

"Stroke yang dialaminya menyebabkan kerusakan yang luas pada otak. Saat ini, ia mengalami demensia, yang membuatnya semakin sulit untuk mengenali orang-orang di sekelilingnya dan mengingat hal-hal penting," kata dokter. "Kami akan terus memantau kondisinya dan memberikan perawatan terbaik yang kami bisa."

Ibu Rea mengangguk dengan penuh pengertian, meski rasa sakit dan keputusasaannya tidak bisa disembunyikan. Dia berharap ada keajaiban atau setidaknya beberapa kemajuan kecil yang bisa memperbaiki keadaan suaminya.

Setelah dokter pergi, ibu Rea duduk di kursi dekat ranjang, memandang suaminya dengan penuh kasih sayang. Dia mulai berbicara lembut, mengenang kenangan indah dari masa lalu mereka, berharap suaminya bisa merasakan kehadirannya meski tidak sepenuhnya sadar.

Hari-hari berikutnya, ibu Rea rutin mengunjungi ayah Rea, berusaha menjaga semangatnya dan mencari cara untuk membuatnya merasa nyaman. Dia juga mencari dukungan dari keluarga dan teman-teman, yang datang untuk memberikan semangat dan membantu menghadapi situasi yang sulit ini.

Setiap hari, dia berdoa agar ada perbaikan kecil dalam kondisi suaminya dan berusaha keras untuk tetap kuat bagi dirinya sendiri dan keluarganya.

Ibu Rea sedang menjalani masa yang sangat berat, dan dukungan emosional serta kehadiran dari keluarga sangat penting dalam situasi ini. Dengan mengunjungi ayahnya setiap hari dan memberikan perhatian penuh kasih, Ibu Rea membantu menjaga hubungan emosional yang penting meskipun keterbatasan kemampuan suaminya.

Selain itu, dukungan dari keluarga dan teman-teman sangat berharga. Mereka bisa membantu mengurangi beban emosional Ibu Rea dan memberikan dukungan praktis yang diperlukan. Sementara itu, menjaga kesehatan mental dan emosional sendiri adalah hal yang krusial agar Ibu Rea bisa terus memberikan dukungan yang terbaik. Berdoa dan berharap untuk perbaikan, meski kecil, bisa menjadi sumber kekuatan tambahan.

Ketika berada dalam keheningan dan memperhatikan suaminya, Bu Mira menoleh ketika mendengar suara gagang pintu bergerak. Ia berharap itu adalah Rea, tetapi ternyata petugas pengantar makanan yang datang.

"Permisi, Bu Mira. Pak Kuswanto sarapan dulu ya," ucap petugas sambil menyerahkan nampan berisi makanan yang sudah siap disajikan.

Lihat selengkapnya