Dua Samudra

Indah lestari
Chapter #22

Melawan Rasa Bersalah #22

Malam itu, Rea mendapat giliran untuk menjaga bapaknya, Pak Kuswanto, di rumah sakit. Saat bapaknya sedang tertidur, Rea merasa sangat jenuh dan memutuskan untuk menyalakan televisi. Suara televisi yang menyala membuat Pak Kuswanto terbangun. Ia mulai memperhatikan Rea dengan cermat.

Rea mengganti-ganti channel hingga akhirnya berhenti pada sebuah saluran berita yang melaporkan tentang serangkaian serangan teroris terbaru oleh ISIS. Berita tersebut mengabarkan kejadian-kejadian mengerikan dan dampaknya yang luas. Rea, meskipun tahu berita ini bisa jadi sangat menegangkan, merasa sangat tertarik dan penasaran untuk mengetahui lebih lanjut.

Pak Kuswanto, yang tampaknya marah dan khawatir, segera mengatakan, "Rea, hentikan itu! Kamu tidak seharusnya menonton berita seperti ini. Ada rumor beredar bahwa kamu terindikasi sebagai pendukung terorisme. Segera matikan televisi!"

Rea terkejut dan merasa tertekan. "Tapi, Pak, aku hanya ingin mengetahui informasi terbaru. Berita ini penting dan aku merasa perlu untuk mengerti apa yang sedang terjadi."

Pak Kuswanto, dengan nada tegas, berkata, "Rea, aku tidak ingin kamu terlibat dalam hal-hal seperti ini. Ini bukan hanya soal kepentingan informasi, tapi juga soal reputasi dan keselamatanmu."

Rea, yang masih penasaran dan merasa bahwa berita ini penting untuk dipahami, menolak untuk mematikan televisi. "Aku mengerti kekhawatiran Papa, tapi aku harus tahu lebih banyak tentang apa yang terjadi di dunia luar. Aku tidak mendukung terorisme, aku hanya ingin memahami berita ini."

Pak Kuswanto menghela napas dalam-dalam, masih cemas namun akhirnya memilih untuk membiarkan Rea menonton sambil memantau situasinya. Malam itu, suasana menjadi tegang, dengan Rea terjebak antara rasa ingin tahunya dan kekhawatiran bapaknya.

Akhirnya, malam itu berlalu dengan mereka berdua saling diam, hingga keduanya tertidur dalam ketegangan yang belum sepenuhnya mereda. Keesokan paginya, Rea terbangun oleh ketukan pintu yang lembut. Suara itu menandakan bahwa suster datang untuk melakukan pemeriksaan rutin terhadap Pak Kuswanto.

Rea membuka matanya dan melihat suster berdiri di depan pintu dengan seragam putih dan senyuman ramah. Suster memasuki ruangan dan langsung menuju ke ranjang Pak Kuswanto, yang masih tertidur lelap. Rea memperhatikan dengan cemas saat suster mulai berusaha membangunkan bapaknya.

Suster dengan lembut memanggil, "Pak Kuswanto, saatnya bangun. Kami perlu melakukan pemeriksaan pagi ini." Namun, Pak Kuswanto tidak merespons sama sekali, tidak bergerak atau membuka matanya meski suster berusaha beberapa kali.

Suster tampak semakin khawatir dan memeriksa monitor medis di samping ranjang. Setelah beberapa menit, suster memutuskan untuk keluar dari ruangan dengan cepat, meninggalkan Rea yang semakin kebingungan dan cemas.

Lihat selengkapnya