Dua Samudra

Indah lestari
Chapter #26

Antara Pilihan dan Takdir #26

"Rea bagaimana, kamu sudah menemukan pria yang cocok untuk diajak nikah?" tanya Bu Mira.

Rea menggelengkan kepalanya, menarik napas panjang, dan menjelaskan kepada ibunya bahwa sulit untuk menemukan pria yang mau langsung diajak nikah, terutama karena saat ini dia tidak memiliki pacar.

"Kalau begitu, jika kamu tidak bisa mendapatkannya sendiri, ibu akan mencarikan jodoh untukmu," ujar Bu Mira.

Rea terkejut mendengar pernyataan itu. Dia tidak ingin dijodohkan; dia ingin mencari pasangan sesuai dengan kata hatinya sendiri.

Rea menatap ibunya dengan tatapan cemas. “Ibu, aku mengerti maksud ibu, tapi aku benar-benar ingin mencari seseorang yang cocok dengan cara aku sendiri. Aku percaya bahwa cinta yang sejati hanya bisa ditemukan jika kita membiarkan hati kita memilih.”

Bu Mira menghela napas panjang, tampak berusaha menahan kesabarannya. “Rea, aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Aku tahu kamu bisa memilih dengan hati, tetapi kadang-kadang kita membutuhkan bantuan untuk menemukan seseorang yang baik. Kamu tahu kan, kalau ibu hanya ingin melihatmu bahagia?”

Rea memikirkan kata-kata ibunya. Dia tahu bahwa niat Bu Mira murni, tapi dia juga merasa tertekan oleh ide perjodohan itu. “Ibu, aku janji akan berusaha lebih keras mencari sendiri. Aku hanya ingin kesempatan untuk mencari dan berjuang dengan caraku sendiri. Jika aku merasa buntu, aku akan meminta bantuan ibu.”

Bu Mira menatap Rea dengan penuh pengertian, lalu mengangguk pelan. “Baiklah, aku akan memberimu waktu. Tapi ingat, ibu selalu ada untuk mendukungmu kapan saja kamu membutuhkannya.”

Rea tersenyum lega dan merasa berat yang mengikat di dadanya mulai sedikit menghilang. Dia tahu ini bukan akhir dari pembicaraan mereka, tetapi setidaknya dia bisa melanjutkan pencariannya dengan rasa tenang, sambil menghargai dukungan ibunya.

Malam itu, Rea duduk sendirian di kamarnya, memikirkan cara-cara untuk memperluas jangkauan pencariannya. Dia bergabung dengan beberapa kelompok sosial baru, mulai mengikuti kegiatan yang menarik baginya, dan memperbanyak interaksi dengan orang-orang baru. Dia bertekad untuk membuka hatinya dan siap jika cinta sejati datang menghampirinya dengan cara yang tak terduga.

Sementara itu, Bu Mira dengan penuh kasih mendukung langkah anaknya, berdoa agar Rea menemukan kebahagiaan yang diinginkannya. Dan meskipun Bu Mira tetap bersiap untuk menawarkan bantuan jika diperlukan, dia menghormati keputusan Rea untuk mencari jalan hidupnya sendiri.

Seketika, Rea teringat pada Laila, sahabatnya yang selalu memberikan saran bijak. "Oh, mungkin Laila bisa membantu. Saran dia selalu bagus," gumam Rea sambil mengambil ponselnya. Dengan cepat, dia mengetik pesan singkat kepada Laila, meminta waktu untuk berbicara.

Tidak lama kemudian, ponsel Rea bergetar. Laila membalas pesan itu dengan cepat, mengundangnya untuk bertemu di kafe favorit mereka. Rea merasa lega dan bersemangat, lalu bersiap untuk pergi.

Di kafe, mereka duduk di sudut yang tenang, dikelilingi aroma kopi dan kue-kue manis. Rea segera menceritakan situasinya—ketegangan antara keinginannya mencari pasangan sendiri dan harapan ibunya untuk menjodohkannya. Laila mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali mengangguk.

“Jadi, kamu merasa tertekan antara mengikuti kata hatimu dan memenuhi harapan ibumu?” tanya Laila, menatap Rea dengan empati.

Lihat selengkapnya