Dua Samudra

Indah lestari
Chapter #34

Kejadian di Agen Telur #34

"Mas, aku pergi beli telur dulu ya?" ucap Rea kepada Adam. Sejak menikah dengan Adam, Rea hanya sibuk di rumah, mengurus rumah dan melayani suami. Meskipun Rea merasa bahagia bisa mencurahkan perhatian penuh untuk keluarga, terkadang dia juga merasa rindu untuk berinteraksi lebih banyak di luar rumah.

Hari ini, dia memutuskan untuk pergi ke pasar sejenak untuk membeli bahan makanan. Saat melangkah keluar, dia menyadari betapa segarnya udara pagi dan bagaimana perubahan kecil seperti ini bisa membuat hari-harinya terasa lebih berarti.

Rea melangkah menuju agen telur yang terletak tidak jauh dari rumah mereka. Meski jaraknya dekat, udara pagi yang segar membuat perjalanan terasa menyenangkan. Sesampainya di agen telur, Rea mendapati kios tersebut sudah dibuka, tetapi pegawainya tidak ada di tempat.

Dia melihat sekeliling, berharap pegawai akan segera muncul. Rea mencoba memanggil dengan suara agak keras, "Halo? Ada orang di sini?"

Tidak ada jawaban. Rea merasa sedikit cemas dan mulai khawatir karena dia membutuhkan telur secepatnya. Dia memutuskan untuk menunggu beberapa menit sambil melihat-lihat barang yang ada di sekitar kios.

Beberapa saat kemudian, seorang pria kekar tiba-tiba muncul dari dalam kios, membuat Rea terkejut. Dia baru saja melihat sosok pria tersebut dan bertanya-tanya dalam hati, “Apakah ia pemilik agen telur?”

Pria kekar itu langsung berteriak kepada pegawai yang tampak masih sibuk mengatur napas, “Layani dia! Cepat!”

Beberapa saat kemudian, pegawai kios muncul dengan penuh keringat dan wajah yang panik. Dia tampak terburu-buru dan sedikit malu.

“Maaf, Bu! Tadi saya baru saja mengalami masalah di tempat lain dan baru bisa datang sekarang,” ujar pegawai tersebut sambil mengatur napas.

Rea merasa lega karena akhirnya bisa mendapatkan telur yang dia butuhkan. “Tidak apa-apa. Saya hanya ingin membeli telur. Berapa harganya?”

"Seperti biasa, 25 ribu sekilo," ucap pegawai agen telur tersebut ketika Rea kembali ke agen telur dan siap melayani pesanan.

Rea mengangguk dan mengonfirmasi jumlah telur yang dibutuhkan. Pegawai tersebut segera mulai mempersiapkan pesanan Rea dengan cepat dan hati-hati, tampak sangat fokus dalam pekerjaannya. Rea memperhatikan dengan seksama, meskipun ia masih merasa sedikit cemas karena situasi yang tadi terjadi.

Rea melihat ada sesuatu yang aneh di agen telur itu. Para pegawai tampak berkeringat dan wajah mereka penuh kekhawatiran. “Ada apa?” gumam Rea dalam hati, namun dia segera melupakan pertanyaannya ketika pria kekar itu tiba-tiba berada di hadapannya, mengarahkan kamera ponselnya tepat di depan Rea.

Rea merasa sedikit cemas dan bertanya-tanya, “Apakah dia sedang memotretku?” Ia mengamati pria kekar itu dengan penuh perhatian, mencoba memahami apa yang sedang terjadi.

Pria kekar tersebut tampak serius dan fokus pada layar ponselnya, seolah-olah memastikan foto atau video yang diambilnya benar-benar sesuai. Rea merasa semakin tidak nyaman dengan situasi ini dan bertanya-tanya tentang motif pria tersebut.

Setelah selesai dengan ponselnya, pria kekar itu kembali masuk ke dalam kios agennya. Meskipun ia tidak berbicara, ekspresi wajahnya yang tegas dan tajam membuatnya terlihat sangat menakutkan. Ia melototi pegawai agen telur dengan tatapan penuh intensitas.

Para pegawai terlihat semakin cemas saat pria kekar itu mengawasi mereka dari balik meja. Wajah mereka penuh kekhawatiran, dan mereka tampak berusaha sekuat tenaga untuk menyelesaikan tugas mereka dengan cepat dan tepat, seolah-olah takut akan konsekuensi jika tidak melakukannya dengan benar.

Rea merasa tidak nyaman melihat situasi ini. Dia memutuskan untuk cepat-cepat meninggalkan agen telur dan kembali ke rumah. Dalam perjalanan pulang, ia masih memikirkan kejadian di agen telur dan bagaimana situasi tersebut bisa menambah ketegangan hari itu.

Lihat selengkapnya