Wanita harus diperlakukan dengan lembutnya. Jika ingin menasihati, maka harus dengan cara yang lembut pula. Karena sejatinya, hati wanita itu seperti gelas-gelas kaca. Mudah pecah dan hancur.
___
Ponsel Humairah berdering. Langsung saja tangan mungil miliknya menyambar tas selempang yang bertengger di bahunya. Lalu segera mengambil benda pipih itu.
Tertera di layar ponsel itu "Aa' Zidan" Humairah mengembangkan senyuman begitu saja ketika melihat nama itu di ponsel miliknya.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ra kamu jadi pergi sendirian? Maaf ya Aa' gak bisa nemenin kamu kali ini. Kamu hati-hati ya, kalo ada sesuatu langsung hubungi Aa' ya Ra."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Ra bisa sendiri kok, In Syaa Allah gak ada apa-apa, Aa' yang semangat ya sama penelitiannya, hehe ..."
"Iya Ra, kalo gitu udah dulu ya, Aa' mau lanjutin penelitiannya nih. Oh iya, lusa Aa' jemput di pelabuhan ya Ra. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Baiklah, Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Humairah masih tersenyum menatap ponsel yang ia genggam.
"Sebegitu khawatirnya," gumamnya, "sadar Ra sadar, dia itu khawatir karena udah nganggep adek kali Ra, bukan karena maksud lain," Humairah bermonolog sendiri.
Tak ingin larut dalam pikiran unfaedah itu, ia memilih mengambil earphone dari dalam tasnya dan menyetel murottal untuk mengulang hafalannya. Humairah teringat dengan kata-kata Zidan beberapa Tahun lalu.
"Ra jangan denger musik Mulu Ra," menarik earphone yang ada di tangan Humairah.