oo0oo
“Apa ini tempat yang cocok di sebut rumah untuk berpulang? Rasanya nyaman, bahkan untuk kunjungan yang pertamakali.” —Lyra Ayudia Maheswari.
oo0oo
Seperti ucapannya tadi, Sagitta memang membawa Lyra ke rumahnya. Setelah mendapatkan izin dari Mommy dengan alibi mengerjakan tugas tentunya. Akhirnya, sampailah Lyra di depan rumah Sagitta
Rumahnya sederhana, berbentuk setengah permanen dengan atap genteng. Meskipun kecil, rumah itu langsung terasa nyaman saat Lyra masuk ke pekarangannya.
Pohon-pohon rindang, menaungi mereka dari teriknya matahari di siang bolong. Disuguhi juga dengan sederet bunga berbagai warna yang menyejukkan mata.
"Maaf ya, kalo rumah gue kecil," cetus Sagitta.
"Hah?" Lyra tersentak dari pengamatannya. "Eh, enggak apa-apa kok, gue suka rumah lo. Damai gitu." Lyra membalas disertai dengan senyum kecil.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, eh kamu udah pulang. ada Vella juga?" Wanita lansia itu mengulaskan senyuman manisnya saat melihat Lyra. Dia juga berpikir jika Lyra adalah Vella.
"Bukan, Nek. Ini Lyra, teman baru Gitta," sanggah Sagitta. Lyra yang paham, hanya tersenyum lalu menyalami wanita yang ternyata adalah neneknya Sagitta.
Terlihat jika sang nenek sangat kebingungan, tetapi dia tetap menyuruh Lyra untuk masuk ke dalam rumahnya. Lyra kembali takjub melihat ornamen-ornamen klasik yang ada dalam rumah itu. Ada juga barang-barang antik, tercermin sekali kalau yang tinggal di sini orang sangat unik dan estetik.
Sangat berbeda dengan rumahnya yang penuh warna dan di dominasi barang modern. Namun, keadaan ini malah membuat rumah Sagitta mempunyai point plus dan terasa damai.
"Mau minum apa, Nak?" tanya sang nenek saat Lyra masih sibuk mengamati setiap sudut rumah ini.
"Apa aja, Nek," sahutnya sopan,
"Kalau Vella biasanya suka jus alpukat, kamu suka?" tanya nenek kembali.
"Maaf, Nek, saya enggak suka buah," tolaknya dengan nada halus. Lyra memang seperti itu, lebih baik jujur daripada mempersulit diri. Meskipun yang ia tolak adalah pemberian oleh yang lebih tua.
"Ya sudah, nenek buatin es teh aja ya?"
Setelah Neneknya Sagitta pergi, Lyra mengadakan tour kecil-kecilan untuk mengamati rumah ini. Tangannya tergerak mengambil frame photo yang ada di bufet. Foto keluarga besar, dia hanya bisa mengenali wanita muda berumur 40-an yang mirip nenek. Ada juga sepasang suami-istri yang menggendong dua anak kecil. Lyra menduga kalau salah-satu dari dua kecil ini pasti adalah Sagitta.
"Lyra."
Gadis itu langsung mengalihkan perhatian ke belakang. Di sana sudah ada Sagitta yang telah mengganti seragam sekolah dengan baju rumahan.
"Eh, lo udah selesai?" tanyanya.
"Udah."
"Btw, di sini lo yang mana?" tanya Lyra menunjukkan frame photo di tangannya.
Wajah Sagitta tiba-tiba saja menjadi masam. Lyra yang melihat hal itu dengan jelas, menjadi canggung karena kebodohannya yang selalu ceplas-ceplos. Bahkan dirinya sering bisa melanggar privasi seseorang tanpa disadari.
"Kita bisa bahas Vella aja ya?" ucap Lyra yang meletakkan frame photo itu kembali.
"Ayo ikut gue," ajak Sagitta
"Loh kalian mau kemana?" cegah nenek yang baru saja dari dapur
"Ke rumah pohon, Nek," sahut Sagitta singkat
"Ini minumannya di minum dulu," tegur Nenek.
"Saya bawa aja ya, Nek?" Lyra menyengir ke arah nenek yang hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
Lyra hanya mengikuti Sagitta. Melalui pintu belakang rumah, gadis itu membawa Lyra melewati kebun yang di tanami sayur-sayuran. Lyra menatap ke sekeliling, rasanya seperti masuk ke tempat lain. Tempat ini di kelilingi oleh pohon-pohon dengan halaman luas, mungkin halaman ini bisa di pakai untuk bermain bola menurut Lyra.