Dua Sisi

HumairaLiska
Chapter #6

Chapter 05 | Serupa tetapi tak sama

oo0oo

“Mereka memang terlihat sama, tapi pada dasarnya mereka itu berbeda. Layaknya dua sisi koin dalam satu kepingan.” —Altair Mahardhika

oo0oo

Pemuda itu memandang lurus ke depan. Menatap jendela kamar seseorang yang telah seminggu ini menghilang. Biasanya dari balkon ini, Altair bisa melihat Vella yang sedang belajar di kamar itu. Atau bahkan, sedang berbalas pesan dengannya. Namun, sudah hampir setahun, kamar itu gelap karena penghuninya berada di rumah sakit dalam keadaan koma. Dan sekarang malah hilang secara misterius.

Altair menyugar rambutnya frustrasi. Kemana lagi dia harus mencari sosok sahabat yang dia cintai itu. Rasanya dia sudah kehabisan akal sehat selama seminggu ini, tanpa melihat wajah Vella. Meskipun minggu lalu gadis itu masih koma, setidaknya Altair belum kehilangannya.

"Gue kangen sama Lo Vel, kangen belajar bareng Lo. Kangen moment kita pulang bareng dan mampir ke toko buku. Gue kangen semua yang ada pada Lo. Lo sebenernya kemana sih?" Altair bermonolog dengan pandangan masih lurus ke depan.

Kemarin dia kembali mendatangi rumah sakit tempat Vella terakhir di rawat. Namun, belum ada hasilnya sama sekali. Pelakunya cukup lihai menyembunyikan jejak perbuatan mereka, sampai cctv saja tak dapat menangkapnya.

Tiba-tiba ingatannya kembali terulang, ke beberapa hari yang lalu. Kejadian di café dan sekolah itu membuat rindunya sedikit terobati. Meskipun dia bukan Vella dan sifatnya sangat berbanding terbalik, tetapi melihat mata teduh gadis itu sudah membuat keadaannya sedikit membaik.

Derap beberapa langkah kaki di belakangnya, membuat Altair menoleh. Di sana sudah ada Bima dan Shakti yang sedang mengunyah cemilan sambil menyengir. Tandanya kedua orang itu sudah berhasil mengambil persediaan cemilan kakaknya di lemari.

"Ngapain Lo berdua di sini?" tanya Altair dengan nada ketus.

"Ye, temen dateng bukannya di sambut. Gue sama Shakti bawa berita bagus," ujar Bima begitu percaya diri.

"Kalo enggak bagus menurut gue, lo berdua gue usir," ancamnya lagi. Bukan tanpa alasan Altair menjadi ketus pada mereka berdua.

Pasalnya, setiap kali berkunjung mereka berdua sangat rusuh. Bahkan selalu menggoda kakaknya yang hampir tiap hari seperti perempuan terkena PMS.

"Gue jamin, ini lebih bagus dari undangan pernikahan pak brewok," cetus Shakti antusias. Bahkan menyinggung guru legend di Sky high yang belum menikah, padahal usianya sudah memasuki kepala empat.

"Apaan?" Altair ikut duduk di kursi malas antara mereka berdua.

"Gue udah nemuin info mengenai cewek itu. Hebat kan, gue?" Bima membusungkan dada ke depan dengan jumawa.

"Lo hebat kalo lo kasih tau infonya apaan." Altair memutar kedua matanya, malas menanggapi sahabat yang terlalu pintar ini.

"Kasih tau, Shak," serunya memberi komando pada Shakti.

"Jadi, cewek itu namanya Lyra ayudia maheswari. Gue udah dapetin ig, twitter, id line bahkan nomernya," jelas Shakti juga berbangga diri.

"Gue enggak butuh itu. Yang gue butuhin, latar belakang cewek itu." Altair benar-benar tak habis pikir dengan kedua sahabatnya itu. Yang di suruh apa, yang di kerjain malah apa.

"Tenang bos, gue juga udah siapin itu buat cadangannya. Jadi—"

"Cadangan lo bilang?!" sentak Altair saking geramnya. Pemuda itu bahkan berdiri dari duduknya, siap menghajar kedua sahabatnya itu.

"Kalem, Bro! Kalem!" Bima langsung mengangkat kedua tangan, memohon agar Altair tetap tenang.

"Gimana gue bisa tenang kalo kalian ngasih info kayak gitu?" dengusnya.

"Aduh Al, lo bisa kaga sih kalo ngomong enggak usah pake urat? Santuy bro, gue tau lo itu penasaran sama si Lyra. Itu karna dia mirip sama Vella kan?" Bima menatapnya serius.

"Makanya cepetan, gue suruh kalian karna gue tau kalian itu bisa," ucap Altair frustrasi dan kini mulai melunak.

"Lyra Ayudia Maheswari, anak semata wayangnya Nyonya Andien Maheswari. Ceo Maheswari group, gue tau lo pasti enggak asing sama perusahaan itu. Jadi, dua tahun lalu si Lyra di pindahin ke Berlin dan di sana dia tinggal bareng om dan tantenya.

"Dan, menurut info yang gue tau, si Lyra itu enggak betah di sana karna dia menjalani home schooling. Makanya dia minta di pindahin lagi ke sini. Lyra itu anak yang baik tapi jutek, ngomong ceplas-ceplos dan anak yang ekspresif. Menurut gue sifatnya berbanding terbalik sama Vella. Itu doang yang gue tau dari tante gue, lo tau kan, kalo tante gue itu sekretaris utama Maheswari group?"

"Cuma itu? Enggak ada gitu kaitannya sama Vella?" Altair sedikit kecewa dengan penuturan Shakti barusan.

"Untuk sekarang sih enggak ada. Tapi lo tenang aja, gue bakalan ngorek informasi lagi dari tante." Shakti menepuk pundak Altair beberapa kali.

Altair menyandarkan punggungnya ke kursi malas sambil mengetuk- ketukan dagu dengan jari, "tapi gue yakin, kalo ada sesuatu antara Lyra dan Vella. Enggak mungkin kan, kedatangan Lyra kebetulan sama hilangnya Vella? Terus kedatangan Vella dua tahun lalu kebetulan sama di pindahinnya Lyra ke Berlin. Gue yakin ada dalang di balik semua ini." Altair merubah posisi tangannya, menjadi kaitan di depan perut dengan siku menyangga di bantalan kursi.

"Terus siapa yang bisa ngasih tau hal itu kalo tantenya Shakti enggak dapetin info lagi?" tanya Bima dengan tatapan lebih serius.

"Cuma satu orang yang bisa ngasih tau Lo." Ucapan Shakti yang tiba-tiba, membuat keduanya kompak menoleh.

"Lyra, cuma cewek itu yang bisa kasih tau lo. Enggak ada orang yang lebih tau tentang dirinya, kalo bukan orang itu sendiri, kan?" seru Shakti santai.

"Tapi si Lyra itu cewek belagu. Males banget gue ngomong sama dia." Altair berdecak saat mengingat first impression mereka yang kurang baik.

"Al, demi Vella! Lo harus berjuang!" Bima mencoba menyemangati sahabatnya itu

Lihat selengkapnya