"Lo hampir beberapa jam bareng Altair tapi enggak nanya apapun?! Lyra, Lyra, Itu kan kesempatan emas." Sagitta menatapnya gusar, setelah Lyra menceritakan semua kejadian tadi pagiākecuali tentang masalah pribadi Altair. Sagitta malah mencecar umpatan sial terhadapnya.
"Step by step git, lagian gue udah ada kuncinya kok," ceplos Lyra suka lupa tempat.
"Kunci?" Sagitta memicingkan matanya, curiga.
Lyra langsung gelagapan. Alibi apa yang harus dia berikan untuk mendefinisikan makna kunci yang di ucapkannya tadi.
"Kunci apa?" tanya Sagitta lebih serius.
"Kunci masuk kehidupan dia lah, gue kan udah beberapa jam sama dia. Jadi tau tuh gimana sifatnya, gue kan pinter," kilahnya. Dia memberikan alibi yang sangat sulit dimengerti, bahkan olehnya sendiri.
Sagitta terdiam. Mencerna setiap kalimat yang keluar dari mulut Lyra. Saat ingin bertanya lebih lanjut, Lyra dengan segera mengalihkan pembicaraan mereka.
"Eh, si Altair itu anak siapa sih? Kok di takutin banget. Kayak anak pemilik sekolah aja," seru Lyra sekedar mengalihkan pembicaraan sekaligus mencari informasi tambahan.
"Dia bukan anak pemilik sekolah, dia di takutin karna sifatnya itu. Dulu pas kelas satu dia berandalan," jelas Sagitta seadanya.
Sagitta pernah bercerita jika dia, Vella dan Altair itu dulu dekat. Mungkin saja dia tahu mengenai bu Farah yang merupakan mama dari Altair. Lyra kembali bertanya.
"Terus bu Farah itu cuma kepala sekolah ya?"
"Iya, bu Farah itu jadi kepala sekolah Sky high sejakdua tahun lalu," jawab Sagitta tanpa curiga sedikitpun. Gadis itu sibuk dengan bakso di depannya.
Kenapa ya si Altair enggak ngaku kalo itu mamanya di sini? Ada apa antara mereka sebenarnya? Batin Lyra. Tampaknya dia semakin penasaran dengan sosok Altair yang diakuinya sebagai cowok belagu.
"Woi, napa jadi bengong sih lo? Ntar kesambet lagi," tegur Sagitta.
Lamunan gadis itu langsung buyar. Saat sadar, dia bukan hanya mendapati Sagitta di sana, melainkan Meda dan Ara juga sudah bergabung.
"Siapa yang bengong? Gue lagi memikirkan keindahan sekolah ini. Kira-kira siapa yah arsitekturnya?" kilah Lyra lagi, tentu saja semakin tidak masuk akal.
"Katanya sih orang Jerman. Emang lo enggak liat sejarah Sky high yang di tempel di mading?" tanya Sagitta dengan polos. Tidak tahu saja bagaimana sifat asli seorang Lyra Ayudia Maheswari
"Ye! dia mah jangankan baca berita di masing. Baca buku pelajaran di depan mata aja ogah" timpal Mesa. Hal itu membuat ketiganya langsung terpingkal, menertawakan Lyra
"Bully teros!" sindir Lyra yang menjadi kesal.
oo0oo
Dari tempatnya, Altair menatap ke meja nomor tiga dari pintu kantin. Meja yang diisi oleh empat siswi yang sangat dia kenali. Terutama Sagitta, teman dekatnya dan Vella saat kelas sepuluh. Kemudian Meda dan Ara yang menjadi bahan perdebatan kedua sahabatnya yang berstatus kekasih mereka. Terakhir Lyra, gadis yang beberapa hari ini membuat kepalanya pusing karena kemunculannya yang benar-benar mencurigakan.
"Gue kan, udah bilang, ayang beb Meda itu lebih cantik," ujar Shakti yang masih bersikukuh mengatakan Meda, kekasihnya sangat cantik.
"Ya elah Shak, bucin sih bucin tapi enggak buta juga kali. Jelas-jelas si Ara lebih cantik, imut lagi." Bima tak mau kalah. Keduanya tampak mengumbar kelebihan dari pasangan mereka.
"Lo tuh yang buta karna cinta. Jelas-jelas si Lyra yang cantik," celetuk Shakti.
"Wah, wah! Lo mau selingkuh yah? Gue laporin Meda tau rasa Lo," ancam Bima dengan girang. Kapan lagi melihat keributan dari pasangan bucin itu.