oo0oo
“Kamu sudah terlanjur masuk dalam kehidupan saya. Jadi, jangan berharap bisa keluar dengan mudah.” —Lyra ayudia maheswari
oo0oo
Terhitung sudah hampir dua minggu Lyra sekolah di Sky high school. Dan yang dia baru tahu, jika semua berita yang didapat dari artikel selama ini, tak menjamin kecacatan dari sekolah ini. Ada beberapa hal yang tak di tuliskan di sana, seperti senioritas yang sedang marak di lakukan di sini, misalnya.
Lyra benci senioritas yang mereka umbar-umbar itu. Seolah yang paling kuat menjadi penguasa di sini. Seolah Sky high bukan tempat menimba ilmu, melainkan hutan belantara yang memakai hukum rimba.
Ingin rasanya, Lyra mencabik-cabik mulut mereka yang mengumpat saat melabrak adik kelas atau menindas anak yang lemah. Lyra ingin membela mereka, tetapi keadaannya yang tidak tahu apa-apa mengurungkan niat itu.
"Gue kan, udah bilang, jangan deketin Altair! Kok lo enggak ngerti-ngerti sih?!" Libra, gadis itu berdiri di depan kelas sebelas dan melabrak seorang siswi di depannya.
Lyra menjadi penasaran mengenai hubungan antara Libra dengan Altair. Kenapa gadis itu sampai segitunya. Jika memang mereka memiliki hubungan, sebegitu posesifkah seorang Libra Kalila?
"Gue enggak bakalan biarin lo ngambil Altair. Vella yang temen deketnya aja bisa gue perbudak, apalagi Lo." Libra memandang remeh ke arah siswi itu. Mengitari tubuhnya yang tampak gemetaran. Gadis itu benar-benar merasa kecil saat berhadapan dengan Libra.
Lyra geram di tempatnya. Benar dugaannya jika Libra tidak suka pada Vella dan selalu menindasnya. Sebagai pemilik wajah yang sama, Lyra ingin mendapatkan keadilan untuk Vella.
"Eh, apaan nih rame-rame?" Dengan santai, Lyra menerobos kerumunan dan berdiri tepat di antara Libra dan adik kelas itu.
"Lagi adu kekuatan ya? Ke lapangan aja biar seru," celetuk Lyra lagi.
Bisa dilihat wajah Libra yang memerah saat Lyra mengejeknya. Sedangkan Lyra hanya memasang wajah menyebalkan, khas gadis itu saat beradu mulut.
"Lo ... Gue enggak ada urusan sama Lo," desis Libra penuh penekanan.
"Loh, bukannya kita teman ya? Jadi sebagai teman yang baik, gue cuma nyaranin temen gue ini buat adu kekuatan di lapangan aja." Lyra merangkul bahu Libra dan memutarnya ke arah lapangan.
"Di sini itu tempatnya belajar, bukan adu kekuatan Libra. Oh ya satu lagi! gue mau ngingetin kalo gue ini Lyra, L-Y-R-A. bukan Vella yang sering Lo tindas," bisik Lyra, kemudian mendorong pelan tubuh Libra agar menjauh darinya.
"Awas Lo." Libra pergi menjauh di ikuti beberapa teman di belakangnya.
"Makasih kak Vella." Adik kelas tadi menarik tangan Lyra dengan tersenyum lega.
"Gue bukan Vella, tapi Lyra. Oh ya! Lain kali kalo lo di bully kayak tadi, jangan diem aja. Lo, punya hak yang sama di Sky high. Lo harus berani ngelawan orang yang nindas lo biar enggak di remehin lagi," ujarnya Sebelum pergi, Lyra menepuk bahu adik kelas itu sekali.
Tak jauh dari sana, Altair keluar dari tempat persembunyiannya. Sebenarnya tadi dia ingin membela adik kelas itu, tetapi keduluan oleh Lyra. Altair tertegun cukup lama saat mendengar ucapan yang Lyra katakan pada adik kelasnya itu. Seolah Lyra juga pernah berada di posisi demikian.
Mungkin, memang sudah saatnya Altair mendekati Lyra dan mencari tahu kehidupan gadis itu yang sebenarnya. Tidak ada gunanya juga dia mengamati dari jauh dan menerka-nerka kemungkinan yang belum tentu benar. Dari sampulnya, Lyra memang kelihatan menyebalkan. Namun, bukankah kita tidak boleh men-judge orang dari penampilan luarnya saja?
oo0oo
Keadaan kantin di jam istirahat kedua memang sedang padat-padatnya. Setelah kelas memuntahkan isinya, tak ada yang pergi ke tempat lain selain kantin. Jam istirahat kedua berkisar jam satu sampai dua siang. Saat-saatnya jam makan siang tiba dengan kondisi tubuh yang super lelah.
"Eh Git, ada Meda sama Ara tuh. Gabung yuk?" ajak Lyra dengan antusias. Sagitta hanya mengikutinya saja.
"Hai guys!" Lyra duduk di bangku kosong antara mereka. Menaruh baki berisi makanan dan minuman yang mereka beli di kafetaria sekolah.
"Hai!" Balasan itu hanya berasal dari Ara, sementara Meda terlalu fokus dengan ponselnya.
"Oh my god! Lyra, lo bener-bener gila. Your crazy girl"