oo0oo
“Nyaman saja tidak menjamin seseorang bisa di percaya” --Altair Mahardhika.
oo0oo
"Mommy ngapain packing gitu? Mommy mau pergi?" Lyra berjalan mendekati ranjang, tempat Mommy-nya memasukkan baju dalam koper kecil.
"Duduk dulu sini." Mommy menarik tangan Lyra dan membawanya duduk di bibir ranjang.
"Besok Mommy harus berangkat ke Singapure, peresmian cabang baru perusahaan kita. Enggak lama kok, cuma beberapa hari."
"Mom!" rengek Lyra. "Terus Lyra sama siapa? I leave alone, right?"
"Enggak, enggak, kamu ... bakalan tinggal di rumah temen Mommy," kata sang Mommy dengan rasa bersalah yang mulai menghinggapi.
"Tinggal di rumah temen Mommy? Kenapa? Kan, Lily bisa tinggal sama Mbok Inem aja. Lagian kontrakan si Mbok enggak jauh dari sini."
"Sayang, Mommy lebih tenang kalo kamu tinggal di rumah temen Mommy. Di sini cuma ada kamu sama si Mbok, Mommy takut jika terjadi apa-apa," jelas Andien agar Lyra lebih mengerti.
"Mommy enggak akan lama, kan? Beneran cuma beberapa hari, kan?" tanya Lyra kembali untuk memastikan.
"Kamu tenang aja, Ly, Mommy bakalan cepat pulang setelah peresmian itu selesai." Andien meraih tangan Lyra, lalu mengusapnya pelan. "Ly, Mommy minta maaf karna sering ninggalin kamu. Tapi Mommy janji, setelah ini kita bakalan jalan jalan sama Aunty dan Uncle. Gimana?"
Mendengar kata jalan-jalan, Lyra langsung mengangguk cepat seperti anak kecil. Dia sangat bahagia jika berhubungan dengan liburan, shoping, dan jalan-jalan.
Mommy menarik dagu Lyra lembut, "kalo mau, kamu harus menjadi anak yang baik, mengerti?"
Lyra langsung berdiri, menegakkan tubuhnya dan meletakkan tangan di pelipis kanan bagian atas. "Aye aye captaint!" serunya.
Andien langsung tergelak saat melihat rona bahagia yang terpancar di wajah cantik Lyra. Wanita itu pun menarik Lyra dalam pelukannya.
"Eh? Tapi, Mom, apa temen Mommy itu orang baik? Bukan teman bermuka muda yang sering muncul di film-film kan?"
Andien melepaskan pelukannya, "ya enggak mungkinkah Mommy lepasin anak kesayangan Mommy ke orang yang kayak gitu. Kamu tenang aja, mereka orang baik kok. Lagian Mommy kenal dekat sama temen Mommy yang itu."
"Oke deh, walopun Lyra masih sulit nerima. Soalnya Mommy udah janji bawa Lyra jalan-jalan, kan?" kelakar Lyra untuk menggoda Mommy-nya.
"Iya-iya. Sekarang kamu siapin baju sama perlengkapan kamu. Kita bakalan berangkat sebentar lagi."
"Oke."
oo0oo
"DHIKA, BALIKIN SNACK GUE!" Seorang gadis menuruni undakan tanggan dengan tergesa-gesa. Sampai tidak memedulikan rambutnya yang menjadi berantakan.
"Snake? Kapan Dhika ngambil ular kak Aquila?" Altair menatapnya kakak perempuannya jenaka. Amarah gadis yang hampir berusia dua puluh satu tahun itu pun, mencapai ubun-ubun.
"BALIKIN ATAU GUE ROBOHIN KAMAR LO?!" ancamnya lagi.
"Robohin aja." Pemuda itu mengeluarkan kunci pintu kamarnya dalam saku. Lalu, memutar-mutar benda itu di depannya sampai terdengar bunyi gemerincing yang khas.
"ALTAIR MAHARDHIKA!" Aquila kembali mengejar sang adik sampai melemparkan bantal atau apa saja yang dia lihat.
"Eh, eh! Vas bunga mama mau diapain?"
Pergerakan tangan Aquila yang memegang vas antik terhenti di udara. Dia menyengir lebar ke arah sang mama yang menatapnya dengan alis bertautan, meminta penjelasan.
"Eh, Mama." Gadis itu menyengir, lalu meletakkan vas bunga ditangannya kembali ke tempat semula.
"Kalian ini kerjaannya berantem terus," gerutu sang mama yang pusing menghadapi kedua anaknya itu.
"Itu tuh si Dhika, masa dia ngambil snack-nya Ila," adu Aquila pada sang mama.
"Dhika," panggil Farah penuh peringatan.
"Mama ini ya, kalo kak Ila aja dibelain terus. Eh kalo Dhika mah, ya gitu deh," rajuk Altair seraya mendekati sang mama. Duduk bersama wanita itu di sofa.
"Siapa yang bikin mama kesel siap hari di sekolah? Siapa yang bikin mama gila di rumah dan siapa yang bikin mama khawatir tiap malem hm?" tuding sang mama dengan tangan yang sudah terangkat untuk menjewer telinga Altair.
"Iya iya maap, lepasin dong ma. Kan, enggak lucu kalo anak mama ini enggak punya kuping saking seringnya di jewer."
Aquila mengulum tawa yang ingin pecah saat melihat adiknya begitu menderita. Namun, kekesalannya belumlah usai karena cemilan miliknya masih ada di tangan pemuda itu.
"Mama mau bicara serius sama kalian," kata mama yang membenarkan posisi duduknya.
Mendengar ajakan itu. Keduanya kompak mengikuti sang mama. Meskipun pandangan sengit sering mereka lemparkan. Namun, untuk urusan sidang keluarga mereka berusaha kompak. Sidang keluarga yang mereka maksud adalah memceritakan apa saja menyangkut kehidupan mereka. Bisa masalah pendidikan atau pribadi mereka.
"Jadi gini, anak temen mama mau nginep di sini sampai seminggu ke depan. Kalian harus baik-baikin dia ya? Jangan sampai di cuekin, kasian nanti dia malah enggak nyaman," terang Farah memberikan wejangan.
"Cewek atau cowok, Ma? Terus, terus, masih SMA atau udah kuliah kayak ila?" tanya Aquila yang begitu menggebu-gebu, kentara sekali jika gadis itu sangat bersemangat.
"Anak gadis kelas 12 SMA. Temen Dhika juga di Sky high."
Aquila menghela napas pendek, dia pikir jika anak teman mamanya adalah lelaki. Dengan begitu, dia pasti membayangkan dirinya seperti berada di drama Korea. Kan, banyak kisah cinta dimulai dari pemeran pria dan wanita yang tinggal seatap.