"Mencintaimu adalah hal yang paling membuatku bahagia. Bahkan aku rela merubah keyakinanku, asalkan kau tetap di sampingku," ujar Renata sambil berbaring menatap foto sang kekasih.
Fauzan, itulah satu nama yang telah tertulis dengan indah di dalam hati Renata. Pemilik senyum manis yang berlesung pipi . Dialah lelaki pertama yang mampu menariknya ke dalam kubangan cinta tak terbatas.
Tiba-tiba ponsel yang Renata pegang berdering.
Mommy calling...
Renata menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Ia menyiapkan hati untuk menerima segala pertanyaan yang akan dilontarkan Mommy. Kabar bahwa dia sedang mempelajari islam mungkin sudah sampai padanya. Siapa lagi yang membocorkan keinginannya itu kalau bukan kakaknya—Reihan.
Dengan jantung berdetak Renata menerima telpon. Berharap keluarga besarnya bisa menerima semua keputusan yang akan diambilnya nanti.
"Hallo darling! How are you?" Suara Mommy terdengar begitu ceria dan ringan.
"I'am fine, Mom! How are you to?" Renata balik bertanya.
"Mom baik-baik saja, Dear," ujar Mommy dengan bahasa Indonesia yang kurang fasih. Sejak Reihan tinggal lama di Indonesia, Mommy dan Daddy belajar bicara menggunakan bahasa Indonesia. Di tambah sekarang putri tersayang mereka juga mengikuti jejak putra kesayangan mereka. Akhirnya, mau tak mau mereka harus belajar bahasa Indonesia karena akan sering berkunjung ke Indonesia dan supaya bisa berkomunikasi dengan warga Indonesia yang mungkin sebagian besar belum bisa berbicara menggunakan bahasa Inggris. Namun, sekarang mereka jarang sekali mengunjungi Reihan dan Renata karena Daddy semakin sibuk dengan perusahaan-perusahaan cabangnya.
"Nata, apa benar kabar yang Mommy dengar? Kamu mau pindah agama?" tanya Mommy terdengar cemas.
"Yes, Mom! Mommy pasti tahu dari Kak Reihan ya?"
"Ya, Rehan memberitahu satu minggu yang lalu. Nata, kamu yakin dengan keputusanmu? Jangan sampai kamu pindah agama hanya karena laki-laki. Mommy nggak mau kamu menyesal, Dear."
Renata mendengarkan nasihat dari Mommy-nya itu. Memang betul ia memilih masuk islam karena ingin hidup bersama sang kekasih. Bukan murni keinginannya.