Tengah malam, Fauzan baru sampai rumah, lalu masuk dengan langkah lunglai. Ia membawa kunci cadangan, jadi tidak harus membangunkan orang rumah yang sudah terbuai ke alam mimpi. Percarian Renata yang sia-sia, membuat dirinya yakin bahwa kesempatan untuk bertemu dengan pujaan hatinya itu tak ada lagi. Binar kebahagiaan yang tadi terlihat seketika hilang seketika.
Atikah mendengar pintu depan di buka. Kemudian, ia keluar dari kamarnya. kebetulan hari ini dia menginap di rumah ibu, sedangkan Mas Lukman pulang karena ada meeting yang harus dihadirinya,l pagi-pagi sekali. Ia menghampiri Fauzan yang terlihat sedih, tetapi baru beberapa langkah. Fauzan tiba-tiba ambruk. Atikah langsung mengambil langkah seribu.
"Bang, Bang Fazan!" teriak Atikah sambil mendekati Fauzan, lalu menepuk-nepuk pipi kakaknya itu. Hawa panas terasa di telapak tangannya. Kemudian, ia memegang dahi kakaknya untuk memastikan. Ternyata Fauzan demam."Ibu, ibu, Bang Fazan!" Ia kembali berteriak.
Pintu kamar Bu Rahayu terbuka. Ia terkejut saat melihat putra sulungnya tergeletak di lantai dengan kepala berada di pangkuan Atikah.
"Tikah, Fazan kenapa?" tanya Bu Rahayu begitu khawatir. Ia memegang putranya. "Astaghfirullah, Fazan demam. Tikah, tolong ambilkan termometer di kotak P3K."
Atikah mengangkat kepala Fauzan dan mengalihkan pada pangkuan ibunya. Ia bergegas mengambil termometer, lalu menyerahkannya pada Ibu.
Bu Rahayu menempelkan termometer di sela ketiak Fauzan. Alat itu pun berbunyi. Ia syok ketika melihat hasilnya. Panas putranya itu mencapai 40 derajat.
"Tikah, tolong telepon Suamimu! Kita harus segera membawa Fazan ke rumah sakit. panasnya tinggi sekali," ujar Ibu sambil mengusap-usap kepala Fauzan.
Tanpa banyak bicara, Atikah langsung masuk ke kamar dan menghubungi Lukman. Untungnya Mas Lukman masih terjaga hingga tak butuh waktu lama.
Lima belas menit kemudian, Mas Lukman datang dengan membawa mobil. Atikah dan Bu Rahayu sudah bersiap-siap. Bu Rahayu dan Lukman mengangkat Fauzan dan memasukkannya ke dalam mobil. Di dalam mobil, Atikah sudah bersiap untuk menyanggah kepala kakaknys. Bu Rahayu duduk di depan bersama Lukman. Mobil pun melesat, memecah kegelapan malam.