Dua Sisi

Ali Wardani
Chapter #2

Kontrakan, Warung Kopi dan Spesies Mahasiswa

UNIVERSITAS Peradaban Gowa (UPG) terletak di jalan Peradaban, kabupaten Gowa, provinsi Sulawesi Selatan. Kampus kami ini berada persis di depan komplek pemakaman Tionghoa atau jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, komplek pemakaman Tionghoa yang sebetulnya berada tepat di belakang kampus UPG. Jika diamati lebih dekat lagi, kedua sisi kampus UPG dipenuhi kontrakan berbagai tipe tempat mahasiswa kampung tinggal. Di antara kontrakan-kontrakan itu terselip beberapa warung kopi free wifi yang simetris. Kedua jenis bangunan ini‒kontrakan dan Warkop‒mengepung kampus kami dari dua sisi: kanan kiri.

Kontrakan dekat kampus UPG tersedia dalam dua tipe. Pertama tipe putri, disebut demikian karena kontrakan jenis ini hanya untuk perempuan. Kontrakan tipe putri sangat bersih dengan peraturan resolusi tinggi di dalamnya. Di antara sekian banyak peraturan yang ada, membawa pria masuk tanpa izin penjaga kontrakan adalah pelanggaran paling berat. Seperti hukum lainnya, pelangaran yang berat memiliki konsekuensi yang berat pula. Tak perlu kusebutkan lagi hukuman bagi pria dan wanita yang diketahui berduaan dalam sebuah kontrakan. Kawanku, kau tentu tahu hukumannya. Tipe kontrakan yang selanjutnya adalah tipe pria. Tipe ini merupakan kebalikan dari tipe putri. Membawa perempuan masuk ke dalam kontrakan tanpa izin juga adalah hukum tertinggi di dalamnya. Berbeda dengan kontrakan tipe putri yang memiliki kebersihan yang baik, maka jangan tanyakan kontrakan tipe pria ini. Tentunya lebih kotor dari kamarmu, Kawan! Jika kau adalah laki-laki.

Kedua tipe kontrakan tadi paling banyak dihuni oleh mahasiswa kampung. Disebut mahasiswa kampung karena mereka berasal dari kampung atau pedesaan. Arus urbanisasi membawa mereka untuk pergi ke kota menuntut ilmu. Berharap ilmu yang mereka dapat itu kelak bisa membantu keadaan ekonomi mereka, khususnya bagi keluarga di kampung. Kau tentu bertanya, “Kenapa?”. Tentu saja karena pekerjaan di kampung sangat sulit, Kawan! Menjadi petani atau nelayan yang merupakan pekerjaan mayoritas di perkampungan hanya akan membuatmu menjadi salah-satu penyumbang digit angka-angka kemiskinan dalam ilmu-ilmu statistik ekonomi pembangunan. Benar-benar sebuah ironi lain dari masyarakat katanya telah sangat modern.

Lihat selengkapnya