Dua Sisi

Ali Wardani
Chapter #14

Goodboy dan Badboy

DALAM hidup ini setiap manusia memainkan perannya. Layaknya seorang tokoh dalam pentas drama mereka memiliki karakternya masing-masing. Hidup ini bisa dikatakan tak lebih dari sekedar drama yang mana setiap individu hanya perlu memainkan perannya. Misalnya saja, seorang ustad dalam masyarakat memiliki peran sebagai juru dakwah, kepala desa sebagai pemimpin masyarakat, penjual sebagai agen pemenuh kebutuhan, anak-anak sebagai tokoh antagonis yang selalu menjadi akar masalah bagi orang dewasa, serta polisi yang memiliki peran sebagai tokoh protagonis yang menangkap para penjahat. Mereka memainkan perannya itu dalam sebuah panggung pementasan besar yang disebut masyarakat. Seperti pada jenis drama dalam pementasan apa pun, akan selalu ada interaksi antara tokoh yang terjadi di dalamnya.

Sama halnya dengan ustad, kepala desa, penjual, anak-anak, ataupun polisi yang memainkan perannya dalam masyarakat, malam ini aku sedang memainkan peranku dalam Pemilma UPG. Peran yang tidak bisa kuanggap antagonis apalagi protagonis, karena dalam politik praktis versi Pemilma, semua orang termasuk aku harus melakukan apa pun untuk menang, termasuk curang.

Handphone-ku tiba-tiba berdering melantunkan lagu lama, “Berita kepada kawan” karya Ebied G Ade, membuatku harus menghentikan laju vespaku: Vebi. Kuamati panggilan masuk di layar handphone milikku. Nomornya asing dan tak terverifikasi: nomor baru. Kuangkat saja tanpa curiga.

“Halo! Siapa ini?”

“Ini saya, Wira. Kau di mana sekarang?”

Aku terkaget dan hampir terjatuh dari motorku. Wira bodoh ini tak tahu apa yang sedang dia perbuat. Sudah kukatakan padanya jangan menghubungiku malam ini. Aku sangat tidak suka diganggu jika sedang fokus dalam mengerjakan sesuatu.

“Weh! Bego! Kenapa menelepon? Sudah kutanya kalau saya mau datangi anak-anak ini malam. Jangan dulu ganggu-ka ini malam!”

“Maaf!” kata Wira pelan padaku.

“Ahhh, terserah! Kenapa menelepon?” tanyaku.

“Saya mau bertanya, sampai di mana persiapan buat besok?”

“Tenang, dua puluh suara dari kelas C bakal jadi milik kita ini malam!”

“Ohhh! Okelah kalau begitu. Lanjutkan, Bro-ku!”

Lihat selengkapnya