Dua Sisi

Ali Wardani
Chapter #16

Plan B

SUDAH beberapa hari sejak operasi kuda zebra kami jalankan. Waktu yang kami punya kian sempit. Sekarang sudah tanggal 22 Januari 2019, hanya tersisa dua hari pembayaran untuk Limun. Faktanya, tidak ada sedikit pun dari mahasiswa jurusan Ilmu Ekonomi yang cukup iba untuk membantu kami mengumpulkan dana, bahkan termasuk angkatan yang tadinya sangat kami harapkan. Kebanyakan dari mereka hanya membantu dengan sumbangan seadanya. Biasanya sisa uang mereka ketika makan di warung dekat fakultas. Sepertinya di zaman modern ini hati nurani telah mati ditelan teknologi.

Aku, Fian dan Malin mulai merasa putus asa. Di tengah lelah sehabis keliling meminta sumbangan, seperti biasanya kami beristirahat di bale bambu depan Fakultas Ekonomi. Aku berbaring melihat awan dan sejenak berfikir. Malin hanya diam bermain game tepat di sampingku, sementara Fian sibuk menghitung sumbangan hari ini dengan asap rokoknya yang mengepul.

“Bagaimana, Fi? Hari ini berapa?” tanya Malin.

“Sedikit lebih banyak dari yang kemarin, seratus ribu!” sahut Fian sembari mengisap rokoknya.

“Mantap, Bung!” kataku.

“Tapi kalau begini terus didapat. Tidak bisa sesuai target ini, karena kalau kita hanya bisa mengumpulkan rata-rata seratus ribu per-hari, jadinya selama dua minggu ini kita cuman dapat..., hmmm,” Fian berusaha mengkalkulasi apa yang ada di kepalanya meski dia tahu itu akan lama.

“Satu juta empat ratus ribu, Cika[1]!” jawabku menahan tawa.

“Nah! Itu maksudku, Bung!” Fian tersenyum.

Aku tersenyum kemudian berfikir kembali tentang Limun. Uang sebanyak Rp1.400.000,00 itu tidak akan cukup untuk membayar UKT Limun yang totalnya Rp2.500.000,00. Setelah operasi kuda zebra yang kujalankan tidak berjalan baik, kini saatnya memulai Plan B rencana operasi kuda zebra. Tentu saja, kami diam-diam telah menyiapkan sebuah rencana cadangan jika operasi kuda zebra tidak berjalan dengan baik. Rencana itu kami beri nama Plan B.

Plan B merupakan alternatif jalan terakhir untuk menyelamatkan Limun. Jika operasi kuda zebra lebih terfokus pada mencarikan bantuan dana untuk uang UKT Limun, maka Plan B lebih kepada meminta keringanan dalam pembayaran UKT Limun. Pada Plan B, kami akan melibatkan Wira untuk bernegosiasi dengan birokrasi kampus. Bukan tanpa alasan kami melibatkan Wira. Dia sudah menjadi ketua himpunan sekarang ini. Sudah bareng tentu persoalan seperti ini merupakan tugas wajib baginya. Terlebih, dia sudah berjanji padaku tempo hari sebelum aku menjadi tim suksesnya dalam Pemilma. Aku yakin Wira bisa membantu kami.

*

“Bagaimana, Wir? Bisa kira-kira?” tanyaku kepada Wira.

Lihat selengkapnya