Padatnya aktifitas yang dilakoni hari ini membuat tubuhnya terasa sangat lelah.
Kini cahaya matahari telah digantikan oleh sinar rembulan dan bintang-bintang yang berkelap-kelip menghiasi langit.
Kim Je Ha menyalakan shower hingga air keluar bagaikan tetesan hujan yang membasahi kepala beserta tubuhnya.
Dalam guyuran air tiba-tiba saja benaknya teringat akan sosok Tsabita. Senyum miring seketika terlukis dari bibirnya. Senyum yang menandakan ketidakpercayaannya akan sikap Tsabita yang ditunjukan padanya ketika di New York, saat berada di restoran.
Bagi Kim Je Ha ini baru pertama kalinya dia melihat seseorang yang begitu percaya dan patuh pada Tuhannya.
Kedua tangannya mengusap wajah hingga sampai ke permukaan kepalanya yang terus terguyur air.
Senyumnya semakin mengembang lebar kala benaknya tak henti memikirkan Tsabita. Bagaimana pun Kim Je Ha sangat terpesona olehnya. Oleh aura yang muncul dari wajahnya, bahkan juga keanehannya. Kefanatikannya yang dia tunjang dengan kepintaran dan kelihaiannya dalam berarguman saat menjawab pertanyaannya, membuatnya tampak semakin mengagumkan.
Selesai membersihkan diri dan berganti pakaian Kim Je Ha mencoba mengistirahatkan tubuhnya dengan menyandarkannya di sofa seraya menonton televisi. Namun, tidak berapa lama dia beranjak dari sana untuk mengambil handponenya di nakas yang berada di sisi tempat tidurnya.
Ketika ia hendak mengambil handponenya tiba-tiba arah pandangannya terarah pada sebuah buku yang juga ada di sana. Dan buku itu adalah hadiah dari Tsabita sebelum kepulangannya waktu itu.
Rasa penasaran tiba-tiba menyergapnya. Tangannya yang semula sudah hendak mengambil hpnya berubah jadi mengambil buku pemberian Tsabita.
Dia kemudian membawanya di ruang tengah. Mematikan televisi dan memfokuskan diri pada buku itu.
"Ini sebenarnya buku apa? Kenapa dia memberiku buku ini?" gumam Kim Je Ha seraya mengamati bukunya dengan membolak-balikannya.
Secara perlahan dia mulai membuka sampulnya. Dan baru saja dia membukanya, keningnya langsung berkerut bingung. Sebuah tulisan aneh dan asing seketika menyapa penglihatannya, membuat kerutan di dahinya semakin tajam.
Meski tampak aneh dan tidak mengerti Kim Je Ha terus menyibak lembar demi lembarnya, hingga setelah beberapa lama dia menghentikan aktifitasnya.Terdiam dan memandanginya untuk beberapa saat.
Setelah beberapa saat terdiam Kim Je Ha tertarik dengan tulisan yang berbahasa Inggris yang ada di sana.
Rasa penasaran akhirnya mendorongnya untuk mulai membaca. Dan dia membacanya secara acak.
Dan tahukah kamu apa Huthamah itu?
(Yaitu) api (yang disediakan) Allah yang dinyalakan,
Yang (membakar) sampai ke hati
Sesungguhnya api itu ditutup rapat atas mereka,
(Sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.
Deg... dalam beberapa detik nafasnya terhenti. Bulu kudukya berdiri, merinding.Tubuhnya yang semula menegang berubah lemas karena rasa takut.
Dadanya berdebar hebat...
Kenapa tulisan ini mirip dengan mimpi yang selama ini ku alami? Ini sebenarnya buku apa? Karya siapa? Dan kenapa Tsabita memberikan buku ini untukku? Apa alasannya? Banyak tanda tanya memenuhi benak Kim Je Ha.
Dadanya masih berdebar lebih cepat. Begitu pula dengan rasa takut yang menderanya.
Meski dengan tangan yang gemetar Kim Je Ha mencoba melanjutkan membaca meski harus menahan rasa takut dan gejolak di hatinya.