Bersembunyi bukanlah simbol penakut atau pengecut. Adakalanya kita membutuhkan itu untuk mempersiapkan segalanya agar dapat berjalan tanpa ragu dan penuh kekuatan hingga tak ada yang perlu ditakutkan.
Hal itulah yang kini tengah dilakukan Kim Je Ha. Keislamannya yang dia ikrarkan dua bulan lalu harus dia sembunyikan dari keluarganya dalam waktu yang belum bisa dia tentukan.
Entah sampai kapan.
Namun ketimbang memikirkan itu, hal yang ia fokuskan saat ini adalah belajar tentang islam.
Hafalan baginya bukan suatu masalah. Bahkan untuk belajar membaca Al-Qur'an pun itu bukanlah suatu hal yang sulit. Meski baru dua bulan memeluk islam, Kim Je Ha sudah bisa membaca Al-Qur'an. Rutin belajar dari imam masjid di itaewon secara virtual sedikit pun tidak menyulitkan baginya. Kim Je Ha yang tergolong jenius dengan IQ 180 pun tak menemukan kendala yang berarti.
Saat ini dia bisa solat dengan melafalkan semua bacaannya.
Kriiiiiiiiiiing........
Dengan mata yang masih tertutup tubuhnya bergerak dengan tangan yang terjulur untuk meraih jam weker yang ada di nakas samping tempat tidurnya.
Dengan mata yang masih terpejam rapat tangannya terus meraba dan mematikan bunyi yang berasal dari jam tersebut.
Setelah mematikan bunyi itu Kim Je Ha kembali menarik selimutnya hingga melewati pundaknya.
"Lima menit lagi. Hanya lima menit saja Kim Je Ha," racaunya masih dengan memejamkan mata.
Sampai saat ini Kim Je Ha masih kesulitan untuk bangun pagi. Alarm yang ia setel sebagai pengganti adzan pertanda tibanya waktu solat subuh belum bisa membuatnya bergegas bangun. Bahkan beberapa hari kebelakang sering terabaikan.
Setelah lima menit berlalu dia membuka matanya. Menatap langit-langit kamarnya untuk beberapa saat sebelum akhirnya memaksakan diri untuk bangun, mengambil air wudu, lalu menunaikan solat subuh.
"Assalamu'alaikum warohmatullah... Assalamu'alaikum warohmatullah..."
Setelah selesai solat dan berdoa Kim Je Ha kembali ke tempat tidur dan melanjutkan tidurnya.
Baru setelah pukul tujuh pagi Kim Je Ha bersiap bekerja. Namun kelihaiannya untuk berkelit harus kembali ditunjukkan saat sarapan bersama kedua orang tuanya. Walau terasa melelahkan, namun tidak ada cara lain.
Saat berada di meja makan mata Kim Je Ha menatap ke arah makanan yang tersaji. Dia kemudian menggigit bawah bibirnya saat matanya menangkap makanan faforitnya yaitu samgyetang.
Samgyetang adalah makanan yang berbahan dasar ayam utuh yang di isi dengan ginseng, beras ketan, jujube, bawang putih, serta bumbu-bumbu yang kemudian direbus hingga matang.
Melihatnya saja sudah membuat air liurnya ingin menetes.
Namun meski itu makanan faforitnya, sekarang dia tidak bisa memakannya. Walau pada dasarnya daging ayam halal, namun masalahnya ada pada cara penyembelihannya. Dan yang ada di meja makannya kini, bukan daging ayam bersertifikat halal dengan penyembelihan sesuai syariat islam.
Kim Je Ha hanya bisa menahan diri meski hatinya meronta ingin segera menyantapnya.
"Kenapa hanya di liatin aja, ayo dimakan, sayang..! Ibu sengaja membuatkannya untukmu."
Ucapan ibunya membuyarkan lamunannya. Kim Je Ha spontan tersenyum, menyembunyikan rasa resah dan tak enak hatinya.
"Iya, ayo makanlah!" ayahnya kini ikut menimpali.
Kim Je Ha yang semula hanya terpaku memandangi makanan kini mulai menyantapnya meski hanya nasi dan sayuran yang ia makan. Lalu berhenti meski baru beberapa suapan.
"Ibu, aku sudah terlambat. Terimakasih atas makanannya," ucap Kim Je Ha setelah menaruh sumpitnya dan segera bergegas pergi.
Semakin lama di sana suasana akan terasa semakin sulit.
"Hei... dimakan dulu samgyetangnya, Je Ha..!" seru ibunya saat Kim Je Ha berlalu pergi.
"Maaf Bu, aku benar-benar sudah terlambat," sahut Kim Je Ha setelah menghentikan sejenak langkahnya dan menoleh. Lalu setelah selesai mengucapkan itu dia kembali melanjutkan langkahnya keluar rumah dengan tergesa.
"Sayang, aku pikir ada yang aneh dari Je Ha anak kita," ucap ibu Kim Je Ha pada suaminya.
"Aneh kenapa?"
"Dari dulu dia sangat suka daging ayam. Namun entah kenapa akhir-akhir ini, aku merasa dia selalu mengabaikan semua makanan yang berbahan dasar ayam. Tidakkah kau menyadarinya?"
"Hahaaaa......" Seketika suaminya tertawa terbahak.