Dubia Ad Bonam

Bella
Chapter #2

#2

♧♧♧

Sore itu, setelah selesai dengan segala macam responsi dan asistensi tugas, kini akhirnya Ria bisa memanfaatkan sedikit waktu luangnya yang tak seberapa. Tapi cukuplah untuk sekedar duduk dan menunggu bakso pesanannya datang guna mengisi perutnya yang sejak pagi hanya diisi dengan roti dan susu kotak.

"Ya ampun mana sempat, aku baru makan roti, itu pun sambil curi-curi waktu di sela-sela padatnya periksa pasien." Gumam Ria kala kekasihnya menanyakan apakah dirinya sudah makan siang apa belum.

Akhir-akhir ini, Pemuda itu rajin menanyakan ini itu pada Ria baik secara langsung maupun lewat pesan singkatnya.

Mengirimi pesan yang mengingatkan setiap saat agar menjaga kesehatan, minum vitamin, dan banyak minum air putih, sepertinya sudah menjadi rutinitas dokter San-san.

Seperti sekarang.

Baru saja Ria hendak menyuapi mulutnya dengan sesendok kuah bakso ketika ponselnya bergetar tanda pesan masuk.

Dengan tangan kiri Ria meraih ponsel yang sempat ia acuhkan setelah pesanan baksonya datang dengan segelas es jeruk sebagai temannya.

Ria berkerut kening tak lama setelah membaca pesan itu. Pesan dari kekasihnya yang entah dimana keberadaannya tetapi menurutnya cukup dekat untuk mengetahui bahwa dirinya memesan segelas es jeruk.

[Es terooss...]

Dan tak lama rentetan pesan dari orang yang sama kembali menyerbu ponsel gadis itu tanpa jeda.

[Bandel banget nih kalau dibilangin]

[Kalau nanti sakit gimana?]

[Terus nggak bisa belajar, terus gagal Tentamen, terus ngulang stase, terus...]

"Dokter satu ini emang jago kalau urusan ngomong. Ngomelnya udah ngalahin emak-emak yang lagi nyeramahin anaknya." gerutunya.

Ria terkekeh lalu mengetik kalimat sebagai balasannya.

[Iya emak. Siap. Udahan dong ngomelnya, laper nih. Kalau pegang hp terus kapan makannya?]

Lalu gadis itu menyentuh tombol send pada layar ponselnya dan kembali melanjutkan makan bakso.

Selang beberapa detik pesan balasan pun kembali menggetarkan meja. Dan Ria tidak bisa mengacuhkannya.

Diraihnya ponsel itu lagi, lantas membaca isi pesannya.

[OK. kali ini dimaafkan. Selamat makan, honey bunny sweetyku *Ily 3000x*]

Dengan raut bahagia, gadis itu menatap androidnya. Dan tanpa diminta senyum kembali merekah menghiasi wajah ayu itu.

Rasa lapar pun meningkat dua kali lipat. Hari terakhir di stase anak pun tak menjadi penghalang untuknya melahap habis bakso hingga kuah-kuahnya.

Sementara itu, tak jauh dari keberadaan Ria, seorang pria tengah berdiri bersama gadis cantik namun tak jelas apa yang  lebih menarik dari gadis itu sehingga ia tak bergeming sedikitpun pada pesona sang gadis cantik di hadapannya.

Pandangannya lurus ke depan dan berhenti pada sosok gadis yang sedang duduk menikmati baksonya.

****

Setelah menyelesaikan tugasnya di Stase Anak yang menurut Ria bagian yang paling complicated itu; Pagi ini giliran tugasnya di bagian Obgyn.

Di mulai dengan aktifitas pagi seperti biasa.

1. Ikut Visit dokter;

2. Ikut pelayanan Poli (Pasien rawat jalan);

3. Dan siangnya, biasanya responsi dan asistensi dengan Preseptor untuk kemudian dikasih PR lagi.

Tapi itu belum seberapa dibandingkan kejadian dimana  Ria harus menggunakan kapak dan talenan dalam tanda kutip pada si ganteng Cadaver.

Dan butuh hampir selama satu minggu baginya untuk melupakan pengalaman pertamanya itu.

Ria tidak bisa tidur nyenyak. Dan seringkali terngiang-ngiang di kepala bagaimana sosok cadaver yang menjadi bahan prakteknya.

Lihat selengkapnya