Dubia Ad Bonam

Bella
Chapter #3

#3

San-san tengah mematut diri di depan cermin yang tersedia di ruang istirahat dokter.

Ia tetap asik mengagumi penampilannya meskipun di ruangan itu ia sedang tidak sendirian.

Dua perawat yang baru saja datang lalu mengambil posisi duduk menyempatkan diri melayangkan pandangannya pada dokter itu sebelum akhirnya mereka berkutat pada tumpukan status pasien yang sudah waktunya disentuh.

Mahasiswa praktek, lain lagi. Begitu masuk  dua orang mahasiswa keperawatan itu seketika ingin muntah di tempat.

"Ada ya orang senarsis itu?" Bisik salah seorang diantara mereka yang memakai kacamata.

"Ya buktinya ada, tuh. Untungnya ganteng. Coba kalau jelek udah gue sikat tuh manusia." Gerutu mahasiswa satunya lagi.

Bagi sebagian pegawai pemandangan seperti itu seolah sudah menjadi hal biasa. Terutama di bagian ruang perawatan penyakit dalam. Tetapi bagi anak-anak koas maupun mahasiswa lain hal tersebut merupakan pemandangan aneh dan menggelikan.

"Anehnya lagi, kenapa gadis cantik seperti Mbak Ria mau menerima Pria aneh macam dokter Sansan sebagai kekasihnya. Sementara di rumah sakit ini banyak pria yang rela antri untuk sekedar jadi pedekateannya dia." Imbuh Mahasiswa itu sambil sesekali memperbaiki letak kacamatanya.

"Ya nggak usah curhat juga, Bro."

"Lah siapa yang curhat. Memang itu faktanya ogeb!"

"B aja B. Nggak usah ngegas juga keles."

"Siapa juga yang ngegas. Gue mah biasa aja. Lu nya aja yang baper kayak emak-emak yang kehabisan cabe."

Kedua mahasiswa yang tengah terlibat perang urat itu tiba-tiba dikejutkan dengan sebuah suara yang menggema tak jauh dari telinga mereka.

"WOI, KALIAN BERDUA! ngapain berdiri disini? Ngalangin jalan orang aja. MINGGIR." seru seorang perawat laki-laki yang kesulitan masuk ruangan sebab terhalang oleh dua pemuda yang sejak tadi berdiri persis diabang pintu.

Dan rupanya, suara menggelegar tersebut tak hanya berhasil mengejutkan mahasiswa-mahasiswa itu, tetapi juga mbak-mbak perawat yang sejak tadi  khusuk membuat laporan. Tidak terkecuali dokter Sandrio.

Pria itu bisa kaget juga rupanya, meskipun tak berlangsung lama. Dan ia kembali menekuri potongan rambut barunya di depan cermin itu lagi.

"Kasian ya si Ria, biarkata cantiknya ngalahin bidadari tapi saingannya remeh banget. Cermin!" seorang perawat nyeletuk diantara kesibukannya menulis status pasien.

"Hus! Ngomong apa kamu ini. Sudah kerjain tuh RM (rekam medis)." Seru perawat senior yang tentu saja langsung di iya kan perintahnya oleh perawat lainnya. Siapa yang berani membantah suster Meta. Suster senior sekaligus kepala ruangan.

Oh iya, perkenalkan dulu, Beliau bernama Meta Subagja, Perawat sekaligus Kepala ruang Dahlia. Ruang khusus perawatan penyakit dalam yang sering jadi tempat tongkrongan dokter Sansan.

Usia yang hampir menginjak kepala empat belum membuatnya tergugah untuk membangun sebuah rumah tangga. Masih betah jawabnya setiap kali disindir oleh teman sejawatnya maupun dokter lainnya.

Sementara itu, dokter dengan segala kesempurnaan dan kenarsisan yang tidak dimiliki orang lain -dokter Sansan- begitu mengagumi sosok Meta yang menurutnya sangat mandiri, 'Independent Women' kalau istilah yang digunakan dokter itu.

Pernah suatu ketika ia baru mengenal sosok Meta, pria itu bertekad ingin mencari sosok wanita yang tangguh dan mandiri seperti suster Meta. Apalah daya ia justru jatuh cinta pada gadis bernama Pria.

Gadis cantik yang hampir satu tahun menjadi kekasihnya bahkan tidak tau alasan kenapa seorang Sandra Rio selalu terlihat rapi dan hampir tak pernah terlihat kusut bahkan setelah melakukan perang melawan maut di meja operasi miliknya.

Semisterius itu Sandra rio dimata Ria. Dan bukan hanya dia yang penuh teka-teki di rumah sakit itu sebab seorang Jaff Wirman pun tak kalah misterius dari dokter Sansan.

Siapa Jaff Wirman?

Bukan siapa-siapa selain seorang dokter di rumah sakit yang sama dengan dokter Sansan.

***

Sandra Rio, 32 tahun. Saat ini masih berstatus single dalam arti bukan suami orang dan juga sebagai dokter PPDS tahun kedua spesialis Ilmu bedah di rumah sakit itu.

Dan hal itu seolah menjadi nilai tambah untuk seorang Sandra. Tampan, mapan rupawan.

Meskipun terlihat tanpa cela, segala sesuatu yang tampak dari luar bukan berarti mewakili segala isi hingga bagian terdalamnya. Ingat, ‘Trouble will find you no matter where you go’.  Selalu ada yang busuk di antara buah-buah yang segar. Benarkan?

Lihat selengkapnya