Di siang hari yang terik, datanglah seorang wanita paruh baya ke sebuah warung makan kecil di pinggir jalan raya, sesampainya di warung makan tersebut ia berkeluh kesah kepada suaminya.
"Aku capek, Mas. Jalan kaki terus," ungkap Mbak Nila kepada suaminya, sambil mengelap keringat di dahi dan lehernya dengan handuk kecil.
"Kalau capek, ya, istirahat toh," sahut Mas Deni kepada wanita yang sudah ia nikahi 8 tahun lamanya.
"Bukan itu maksudku, Mas!"
"lha, terus?"
"Aku capek keadaan kita susah terus. Aku capek jalan kaki. Aku mau kita punya motor, Mas," jawab Mbak Nila sambil cemberut.
"Ya, sabar toh, Dek, mas juga lagi berusaha supaya kehidupan kita lebih baik." Mas Deni berusaha untuk menghibur istrinya. Usia mereka hanya terpaut 10 tahun.
"Huh, selalu aja aku disuruh sabar. Mas, lihat, tuh! Tetangga kita sekarang, dia udah punya motor, mobil, usaha di mana-mana."
Mbak Nila mulai membanding-bandingkan kehidupannya dengan orang lain, dia mulai kesal dengan suaminya.
"Ya, jangan bandingin dengan rejeki orang, Dek, kita harus bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki sekarang."
Mas Deni berusaha untuk menenangkan kekesalan istrinya, dia lantas memegang tangan Mbak Nila.
"Mas Janji akan berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kamu dan anak-anak hidup senang, Dek." Mas Deni meraih istrinya dan mulai memeluk tubuhnya.
Mbak Nila yang sangat cinta dengan sang suami segera melupakan rasa kesalnya, ia luluh dengan perlakuan lembut suaminya.
Hal itu terbukti dengan Mbak Nila yang selalu bersabar di sisi suaminya meskipun pria itu sedang diuji kesulitan ekonomi.
"Gimana, Mas. Sudah dapet berapa hari ini?" tanya Mbak Nila sambil tersenyum optimis.