"Mas ... ke sini sebentar," seru Mbak Nila sambil gemetaran.
"Iya, Dek." Begitu mendapat titah dari istrinya, Mas Deni datang menghampiri. Sesampainya di hadapan sang istri dan pelanggannya, dia memasang wajah bingung. "Ada apa?"
Alih-alih menjawab, Mbak Nila malah menyodorkan ikan lele ke hadapan suaminya. "Nih coba."
Mas Deni pun segera membuka mulutnya, ia mencicipi secuil ikan lele yang disodorkan oleh istrinya. Tiba-tiba mata Mas Deni terbelalak, ia mendadak mual begitu mencicipi masakan tersebut. Baunya seperti makanan basi dan sangat amis, padahal ikan lele itu baru saja ia buat bersama istrinya.
Mata Mas Deni menatap tajam ke arah luar, dalam hatinya ia bergumam, "tidak salah lagi."
Setelah beberapa saat ia berdiam diri menatap ke arah luar, akhirnya ia menarik napas dalam-dalam supaya bisa tetap tenang menghadapi situasi yang pelik ini.
"Maaf, Mas. Kalau ada hal yang kurang berkenan, makanannya akan kami ganti baru," ujar Mas Deni kepada pelanggannya itu dengan lembut, ia menjadi tidak enak hati.
"Oh gak usah, Mas. Semuanya akan saya bayar," jawab pria berkaos hitam itu, tangannya meraih dompet yang ada di kantong celana jeansnya.
"Jangan, Mas. Biar saya ganti aja makanannya." Mas Deni semakin tidak enak hati terhadap pelanggannya.
"Gak apa-apa, Mas, makanannya gak usah diganti, nanti Masnya rugi."
Pria itu mengeluarkan uang seratus ribuan sebanyak dua lembar, dan menyerahkannya kepada Mbak Nila.
Mbak Nila tentu saja tidak ingin merasa rugi, wanita itu akhirnya menerima uang dari pria berkaos hitam tadi. Wanita itu bergegas menuju meja laci mencari uang recehan sebagai uang kembalian yang ternyata tidak cukup.
"Sebentar, ya, Mas. Saya cari uang kembalian dulu," ucap Mbak Nila sambil tersenyum kepada pemuda berkaos hitam itu.
"Gak usah, Mbak. Ambil aja uang kembaliannya."
Pria itu bersiap-siap ingin pergi dari warung makan barokah milik Mas Deni.
"Ya ampun, Mas, terima kasih banyak, ya." Mbak Nila sangat senang menerima uang yang menurutnya lumayan banyak. Dia tersenyum seraya menatap kepergian pria tadi.