2. Kantin Si Teteh di Belakang Rutan
SI kekar meninggalkan aku di kedai kecil di pojok belakang Rutan. Aku melihat ia bicara sebentar dengan perempuan pemilik kedai. Aku memesan ketupat sayur dan teh pahit. Hanya itu yang tersedia. Rasa laparku membuat ketupat sayur terasa nikmat sekali. Di tengah suapan demi suapan aku baru sadar untuk mengecek dompet. Aduh, ternyata benar-benar kosong. Tentu saja, aku berangkat dari kantor sebelum ketemu Mbak Elly. Jenderal sialan! Separo ketupat sayur yang tersisa langsung menurun lima puluh persen kadar nikmatnya. Perutku tiba-tiba langsung terasa penuh. Aku meneguk teh dalam satu tegukan besar, hampir membuat aku tersedak.
Aku mengamati letak warung ini. Seharusnya dari sini bisa didengar apa yang terjadi di dalam rutan sana. Dari si pengelola kedai aku yakin bisa menggali informasi tentang keributan semalam. Paling tidak informasi latar belakang. “Bu…,” aku mencoba memulai pembicaraan.
“Oh, sudah, Mas? Nggak usah bayar, Mas. Sudah dibayar sama Pak Ruki,” kata si ibu kedai, seakan sudah dari tadi ia siapkan kalimat itu.
“Pak Ruki siapa?”
“Pak Satpam tadi, Mas.”
Dan ketupat sayur di hadapanku tiba-tiba terasa kembali menggiurkan. “Ketupat sayurnya enak banget, Bu,” kataku. “Ibu jualan di sini aja, Bu, gak buka di tempat lain? Harusnya buka cabang, Bu, saya yakin pasti laku…” kataku, sambil melanjutkan suapan berlagak seakan-akan itu adalah makanan paling nikmat sedunia. Dia tersenyum-senyum saja. Aku memperhatikannya, kurang pas kupanggil ibu. Ada dialek Sunda dalam nada bicaranya. Mungkin dipanggil “teteh” lebih pas.
“Mau dibungkus, Mas?” tanya si ibu. Aku teringat Edi Jembreng dan Ramadhan yang pasti masih ngorok bersahut-sahutan. Kalau mereka bangun nanti aku sudah tiba di kantor dan ada lontong sayur tersedia untuk mereka, maka mereka akan dengan senang hati menjadi kolaboratorku untuk berbagai urusan, mempermudah pekerjaanu sebagai reporter baru. “Kata Pak Ruki, semua dia yang bayar, makan apa aja, mau dibungkus berapa aja boleh, Mas…”
“Bungkus lima, Teh!” kataku mengganti kata sapaan.