Duka Manis - Balikpapan 1995

Habel Rajavani
Chapter #3

3. Berita untuk Halaman Pertama

3. Berita untuk Halaman Pertama


RUANG makan Borneo Pos pagi itu jadi tempat pesta ketupat sayur. Aku menyantap porsi kedua setelah di kedai Si Teteh Rutan tadi, Edi Jembreng dan Ramadhan memuji-muji kelezatannya, tapi aku tak percaya, bagi mereka semua makanan enak, nyatanya ikan prajurit baris yang tiap hari dimasak Bibi Jum tak pernah tak tandas. Mbak Elly datang bergabung dan bilang enak juga, nah kalau penilaian ini datang dari dia baru saya percaya ini memang enak. Di tengah pesta kami pagi itu, Pak Rizal muncul.

“Sudah selesai sarapanmu, Han?” tanyanya padaku, wajahnya tampak tidak nyaman. Dia memanggilku Han. Itu inisial tiga huruf di dalam kurung di akhir berita yang kutulis. Dia yang bikin. Dia ambil dari nama belakangku: Esfahan. Nama  Ihsan Esfahan, hanya muncul lengkap pada tulisan feature. Karena itu aku selalu menargetkan tiap hari harus ada featureku yang naik cetak, supaya narasumber penting di kota ini lekas mengenalku. Reputasi penting bagi seorang wartawan, dan itu terbangun hanya lewat karya yang baik. Aku sedang membangun itu. Dari nol. Tak ada yang mau tahu siapa aku lima tahun lalu, ketika kutinggalkan kota ini, setelah tiga tahun aku akrabi seluk-beluknya, lorong-lorong gangnya, manusianya, sebagai wartawan lepas, meskipun saat itu aku masih berseragam putih dan abu-abu. Siapa yang mau mengingat berita-berita besar yang pernah kuliput dan kutulis kala itu, yang bikin oplah koran melejit naik.  

“Sudah, Pak. Acara Kadin diliput Bang Jenderal, Pak,” kataku.

“Ya, saya tahu. Tadi kamu ke Rutan?” tanyanya.

Edi Jembreng menyambar jawaban, “makanya dia bawa ketupat sayur, Pak. Disogok supaya tak memberitakan. Lima bungkus, masih ada satu. Bapak maukah? ” katanya. Kami lalu tertawa. Dengan Pak Rizal, pemred kami ini, kami memang bisa santai, dan bercanda sebebas itu. Tapi Pak Rizal tidak tertawa.

“Iya, Pak,” kataku. “Ceritanya sudah lengkap, tapi perlu konfirmasi resmi. Nanti saya telepon, Pak… Oh, ya. Ada salam dari humasnya, Pak”

“Ya, tadi dia menelepon. Selesaikan sarapanmu. Nanti ke ruangan saya, ya…”

Lihat selengkapnya