Duka yang Belum Sembuh

Ira Karunia
Chapter #2

Lari

Kereta ku sebentar lagi tiba di stasiun Gambir. Aku mengumpulkan energi walau harus menguap berkali-kali karena mengantuk. Kedatanganku kali ini ke Jakarta bukan tanpa alasan. Sahabatku, Sarah akan segera melepas masa lajangnya. Usia kami terbilang sangat matang untuk menikah. Kami sudah berusia 30 tahun di tahun ini. Sarah akan menikah dengan Daniel, seorang dokter gigi. Daniel juga adalah rekan kerja dari Danny. Sarah dan Daniel berkenalan berkat Bernard. Akhir kisah cinta itu akan berakhir esok lusa, di mana keduanya akan memulai kontrak cinta yang baru. Malam ini masih belum ada sahabat-sahabatku yang tahu kedatanganku. Aku datang sendiri membawa ransel backpacker dipunggung dan ransel berukuran sedang yang ku gendong didepan. Aku berjalan keluar stasiun mencari tempat aman dimana aku bisa mencari transportasi untuk membawaku ke apartement.

Satu jam perjalanan aku butuhkan untuk tiba di apartement. Aku berjalan menuju lobby Tower A, seingatku di tower ini Danny tinggal. Sudah pukul 9 malam dan aku mengambil handphone untuk menelfon Danny.

"Pooh... Kamu dimana?" tanyaku melalui sambungan telfon.

"Ada siapa di apart? Aku di lobby bawah," ujarku lagi dan menutup telfon.

15 menit berselang seorang pria tinggi dengan wajah blesteran datang menghampiriku. Ia mengenakan celana pendek berwarna hijau army dan baju putih polos. "Hanny?" tanyanya. Aku menganggukan kepala.

"Ayo ke atas," ujarnya mengajakku. Chat masuk dari Danny mengatakan bahwa temannya, Erlando akan datang menjemputku di lobby.

"Erlando ya?" tanyaku.

"Iya," jawabnya singkat. Aku mengikutinya. Tidak ada percakapan dan suasana sangat canggung. Kami tiba di Unit Apartement. Erlando membuka pintu dan mempersilahkan ku masuk.

"Ehm... Danny dan Satria kemana?" tanyaku canggung.

"Satria main game di kamar. Danny enggak ada di apart," jawabnya.

"Oke... Kamar Satria yang mana?"

"Kiri nomer dua,"

Aku masuk ke kamar Satria dan melihatnya tengah bermain game di komputer. Aku menghampiri Satria dan memeluknya dari belakang. Kamar Satria cukup rapi kali ini, sprei di ranjang juga terlihat baru. Aku membaringkan tubuhku di ranjang.

"Main baring aja lo," ujar Satria.

"Tumben banget kamar lo rapi," pujiku.

"Lo udah kenalan sama Erlando?" Tanya Satria sambil melepaskan headphone dan melihatku.

"Dah," Jawabku.

"Ganteng kan?" tanya Satria.

"Random banget sih lo!"

Lihat selengkapnya