Karena kecelakaan yang tidak diduga itu, aku harus tinggal lebih lama di Jakarta. Aku mengalami cidera di kaki dan sesekali membutuhkan bantuan Kruk untuk berjalan menopang kakiku yang lainnya. Sementara Erlando mendapatkan cidera di tangan dan membuatnya kesulitan untuk berkerja. Sejujurnya aku jauh lebih merasa bersalah kepada Erlando, karena pekerjaannya sebagai seorang Chef, ia pasti sangat memperhatikan tangannya. Kecelakaan ini berimbas pada cuti panjang dan Erlando mengalami sedikit kesulitan untuk makan.
"Jadi, kita saling melengkapi. Aku suapin makan buatmu, kamu harus jadi kakiku yang lain," ujarku pada Erlando saat menyuapinya makanan.
"Aneh banget makan pakai tangan kiri,"
"Iyalah.... Untung ada aku disini," ujarku bercanda.
"Tapi kaki kamu juga enggak baik-baik aja,"
"Justru itu. Aku bisa pakai kamu buat berjalan. Kamu pakai aku untuk makan. Impas,"
"Mulai berasa pegal-pegal enggak badan kamu?"
"Iya dong.... Tapi kalau diminum obat enggak kerasa banget sih,"
"Aku enggak suka obat, enggak suka juga makanan yang begini," ujar Erlando mulai mengeluarkan protes.
"Kira-kira hari ini kita ngapain ya? Satria biasanya ada di rumah, giliran kita sakit dia malah enggak ada," ujarku.
"Loh.... Kamu enggak tahu kalau Satria ke Jepang?"
"Serius?"
"Iya.... Tadi pagi dia berangkat ke Jepang,"
"Ngapain? Sama siapa?"
"Ya liburan. Jangan tanya sama siapa,"
"Terus kita ngapain ya hari ini?"
"Nonton aja,"
"Oke,"
Setelah selesai makan, aku mempersiapkan cemilan dan minuman. Sementara Erlando mempersiapkan Tv dan sofa bed yang nyaman agar kami bisa menonton dengan santai. Setelah selesai, Erlando membantuku untuk membawa cemilan-cemilan ke meja. Kami membuat set yang bagus untuk menonton.
"Apa film favoritmu?" tanya Erlando sambil ia mencari-cari film yang akan kami tonton.
"Aku suka La La Land, Me Before You, Notebook, Message in a bottle, dan..."
"Not really a happy ending movie. Seems like you don't like a happy ending story,"
"Hahaha..... Itu adalah happy ending bagiku,"
"Aneh ya.... La La Land sampai 500 days of Summer itu memiliki ending yang hampir sama. Kedua tokoh utama tidak bersatu, tapi mereka menemukan peace dalam kisah mereka,"
"Demikian pula Me Before You. Kisah cinta tragis," ujarku mengenang ending cerita yang perih tapi memberikan kebebasan bagi karakter utama untuk tumbuh.