Blurb
Beberapa orang berpakaian serba hitam yang memberangus mukanya dengan kain hitam buru-buru turun dari sebuah mobil yang tak jelas nomor polisinya. Dukkha menahan nafas, mengintip dari tempat persembunyiannya. Ia menyaksikan beberapa orang yang berpakaian serba hitam itu melemparkan sesuatu ke arah gedung mall yang sedang ramai. Lalu duaaarr... terdengarlah ledakan keras yang diikuti kebakaran besar. Api menyala-nyala garang dan asap pun mengepul tebal di bangunan yang merupakan mall terbesar dan termegah itu. Dukkha menyaksikan ratusan orang menjerit-jerit berusaha menyelamatkan diri.
Seorang lelaki separuh baya menghampiri Dukkha, menepuk pundaknya lembut, "Neng, mengapa di sini? mari pergi dari sini, tempat ini berbahaya." Si lelaki yang ternyata abang becak itu menarik tangan Dukkha menjauh dari tempat itu. Dukkha yang sedang ketakutan hanya menurut saja pada lelaki itu, mengikuti langkahnya mencari tempat yang aman. Mereka menyusup diantara becak-becak yang diparkir yang sebagian peyok di sana-sini, melewati motor-motor yang ringsek, serta bekas ban-ban terbakar yang masih mengepulkan asap.
"Mari Neng, cepat sedikit kita sampai gang depan itu." Abang becak menarik tangan Dukkha agar lebih cepat berjalan. Dukkha mengikuti lelaki itu setengah berlari. Nafasnya mulai terengah, sebentar lagi sampai, demikian pikirnya. Namun langkah mereka segera terhenti karena beberapa depa di hadapan mereka telah berdiri orang-orang berpakaian serba hitam yang menghadang perjalanan.
Dukkha terhenyak, matanya nanar menatap orang-orang berpakaian serba hitam yang berdiri berjejer menutup jalan masuk gang. Ah, bukankah orang-orang berpakaian serba hitam itu yang melemparkan sesuatu ke gedung mall?
Inilah penggalan dari novel berjudul "Dukkha dan Renjana" yang ditulis berdasarkan kisah nyata memenuhi tantangan #SepotongKisahdiBalik98
Cinta, pengorbanan, darah, dan air mata di tengah perseteruan politik dan lengsernya sang penguasa dalam sejarah kelam Republik Indonesia yang akan selalu dikenang sepanjang masa.