Warung makan di pinggir jalan itu sepi, hanya tampak seorang gadis yang duduk di pojok ruangan. Si gadis terlihat sibuk membuka-buka buku catatannya. Sesekali dahinya berkerut saat membaca tulisan lalu beberapa kali ia menghela nafas.
Pelayan warung datang membawakan semangkuk bakso dan segelas es jeruk ke meja gadis itu. Sembari tersenyum, pelayan wanita itu mempersilahkan si gadis,"Monggo," ucapnya dengan logat Jawa-nya yang kental. (Silahkan)
"Terimakasih Bu," jawab si gadis yang segera menyantap makanan pesanannya.
"Kok sendirian wae to Nduk, mana teman-temannya?" (Kok sendirian saja Nak)
"Sudah pada pulang duluan, Bu. Saya tadi ke perpustakaan dulu jadi pulangnya paling akhir," kata si gadis sambil terus menyantap makanannya. Sesekali ia menyeruput es jeruknya.
"Oh, begitu. Makanya kamu sendirian saja," Pelayan wanita itu lalu melanjutkan pekerjaannya, meninggalkan si gadis yang masih asyik makan.
Gadis itu bernama Dukkha, mahasiswi semester 2 di sebuah perguruan tinggi ternama di Yogyakarta yang terkenal dengan sebutan "kampus biru". Dukkha asli Jogja. Ibunya orang Jawa tulen tapi ayahnya memiliki darah India. Makanya namanya berasal dari bahasa Sanskerta.
Sebagai gadis yang memiliki darah India, wajahnya ada kemiripan dengan artis-artis India yang sering muncul di film-film. Mata besar, alis dan bulu mata tebal, hidung mancung, kulit sedikit coklat, serta rambut yang berombak. Pokoknya manis, ditambah lagi kalau sedang tersenyum, wuihh sungguh manis.
Hari itu Dukkha pulang paling akhir. Ia perlu mampir ke perpustakaan untuk mencari buku-buku referensi untuk tugas-tugasnya yang deadline nya tinggal menghitung hari. Mana dosennya killer, makanya Dukkha nggak bisa main-main lagi. Sebelumnya ia terlalu asyik bersama genk-nya, jjs (jalan-jalan sore) dan nongkrong di mall sampai melupakan tugas-tugas kuliah.
Aku harus lebih serius nih, harus lebih serius, ucapnya dalam hati sambil terus menyalahkan dirinya sendiri mengapa baru sekarang mulai mengerjakan tugas. Jadinya harus ngebut kan! Ia cubit pipinya. Aduh sakit juga, gumamnya.
Eh, tak terasa makannya sudah selesai. Dukkha segera menghabiskan es jeruk yang masih tersisa setengah gelas. Lalu ia berdiri, bermaksud membayar makanan dan minumannya.
"Berapa semuanya, Bu?" Ia mengeluarkan dompetnya.
"Semuanya sembilan ribu, Neng." Jawab pemilik warung. Dukkha segera membayar sejumlah sembilan ribu rupiah.
Dua orang pemuda menyeruak masuk ke dalam warung. Seorang diantaranya mendekati pemilik warung lalu memesan makanan dan minuman, sedangkan temannya langsung duduk di salah satu bangku warung.