Renjana tampak tergesa mengemasi buku-bukunya, sehingga beberapa buku dimasukkan secara asal-asalan dalam tasnya. Tak ayal satu buku pun terjatuh ke lantai. Glenn mengamati tingkah Renjana sambil tersenyum simpul.
"Hei, Boss kayaknya sibuk banget!" seru Glenn sambil tertawa. Pemuda itu duduk di bangku paling belakang ruang kuliah yang telah kosong. Hanya tinggal dua orang yaitu Renjana dan Glenn yang ada di sana. Sepertinya ada yang perlu diurus sehingga dua orang sahabat itu pulang terakhir.
"Huss diam kamu. Berlagak nggak tahu saja kamu. Kita kan mau ke Shopping Center cari buku bekas. Daripada beli baru, cari yang irit. Uang sisa kan bisa buat nongkrong," kata Renjana sambil mengepalkan tinjunya ke arah Glenn, pura-pura marah. Glenn pun tertawa terbahak.
"Ah oke oke Boss. Ayo kita cabut!" Pemuda itu segera beranjak mengikuti Renjana. Sampai di halaman ternyata ada beberapa mahasiswa yang masih berada di halaman kampus. Beberapa ada yang masih asyik ngobrol di bawah pohon. Renjana dan Glenn pun mendekati mereka.
"Hei Bro, mau ikutan nggak?" tanya Renjana pada mereka.
"Mau kemana Boss, nongkrong ya?" salah seorang dari mereka bertanya.
"Mau ke Shopping Center dulu cari buku, lalu lanjut nongkrong di mall," jawab Renjana sambil memberi kode dengan tangannya.
"Okelah ikut yuk!" Akhirnya 3 orang pemuda mengikuti Renjana dan Glenn. Jadi sekarang mereka berlima.
"Lepas jaket almamater yuk, tidak enak nanti kalau kita mau godain cewek. Jadi pada tahu kampus kita." Glenn membuka jaket almamaternya lalu memasukkannya ke dalam tas, empat orang temannya pun melakukan hal yang sama.
Setelah itu mereka berlima segera menuju ke Shopping Center menggunakan sepeda motor. Shopping Center merupakan pusat perbelanjaan yang serupa pasar. Banyak barang yang dijual antara lain buku-buku pelajaran, sepatu, sandal, tas, hingga barang antik. Uniknya ada juga penjual barang-barang bekas. Jika beruntung, pembeli bisa mendapatkan barang bekas yang berkualitas bagus seperti baru dengan harga yang super murah. Maka tempat tersebut menjadi incaran orang-orang untuk berburu barang-barang bekas.
Tak berapa lama sampailah rombongan mahasiswa itu ke Shopping Center. Renjana dan Glenn mendapatkan buku-buku yang mereka cari. Tiga mahasiswa lainnya malah membeli onderdil sepeda motor.
Setelah mendapatkan semua barang yang dicari, rombongan tersebut langsung menuju ke Malioboro untuk jalan-jalan dan nongkrong. Malioboro memang merupakan tempat di Jogja yang paling pas buat nongkrong untuk melepaskan penat setelah beraktivitas seharian.
Di kawasan Malioboro ada sebuah mall yang belum lama dibangun, yaitu Malioboro Mall. Sejak mulai diresmikan dibuka sebagai pusat perbelanjaan dan mall pertama di Jogja, tempat itu selalu ramai dari pagi hingga malam hari. Dan terutama dari sore hari hingga jam 21.00 tempat itu selalu ramai tidak hanya kaum yang berbelanja saja namun mereka yang suka jalan-jalan dan nongkrong kerap menghabiskan waktunya di situ. Begitu pula dengan Renjana, Glenn dan beberapa temannya.
Anak muda memang paling hobi nongkrong, sambil menunggu cewek cantik lewat. Sampai berjam-jam pun mereka betah. Minum kopi sambil menyaksikan orang-orang yang berlalu-lalang siapa tahu ada makhluk cantik yang nyelip di antara mereka, begitu obrolan para anak muda jika sedang nongkrong bareng.
"Ssst, itu ada yang cantik di sana!" bisik salah seorang teman Renjana. Maka semuanya menoleh ke arah yang ditunjuk. Renjana membelalakkan matanya. Ia melihat seorang gadis sedang asyik memilih baju-baju batik di emperan toko di seberang jalan. Walau jaraknya lumayan jauh dan kadang-kadang pandangannya terganggu oleh orang-orang yang berlalu-lalang namun Renjana sangat mengenali gadis itu. Gadis yang memberikan kesan manis saat perjumpaan pertama kemarin siang.
"Itu kan Dukkha, sepertinya sedang mencari batik," gumamnya lirih tapi pandangan matanya tak terlepas dari gadis manis berambut ombak itu. Ia baru tersadar setelah Glenn menyikut lengannya.
"Samperin sana," goda Glenn sambil tertawa lebar.
"Ayo kita bareng-bareng aja ke sana." Setelah berkata begitu Renjana segera bergegas, diikuti Glenn dan tiga temannya. Glenn memberi isyarat pada tiga orang temannya untuk berhenti sementara Renjana mendekati Dukkha. Ia berdiri tak jauh dari gadis itu, tapi untuk menyapanya sepertinya Renjana ragu-ragu. Tiba-tiba ia merasa panas dingin tak karuan. Sialan, mengapa tiba-tiba aku grogi ya? Padahal berbicara di depan saat rapat mahasiswa saja aku tak pernah gentar, pikirnya gundah.
Dari jauh Glenn dan tiga temannya terdengar berdehem-dehem. Ehem ehem ehem suara dehem mereka terdengar keras di telinga Dukkha. Gadis itu secara insting menoleh ke arah suara dan dilihatnya beberapa pemuda sedang asyik berdehem. Dukkha mengenal Glenn. Ia segera melambaikan tangan dan tersenyum ramah. Glenn balas melambaikan tangan lalu memberi kode dengan tangannya menunjuk ke arah Renjana yang berada di belakang Dukkha.
Dukkha pun menoleh ke belakang dan didapatinya Renjana tengah menatapnya lembut.
"Hei Renjana, kamu Renjana kan?" teriaknya spontan. Renjana segera mendekatinya.
"Aduh baru kemarin kenalan, sekarang sudah lupa namaku," Renjana berseloroh.
"Bukan lupa, cuma memastikan saja," jawab Dukkha sambil tertawa. Tak sadar ia mencubit lengan Renjana. Renjana sedikit terkejut, dadanya berdesir. Ada perasaan yang tak biasa. Edan, ngapain sih aku? Dicubit cewek aja sampai grogi gini, bukannya aku juga sering dicubit sama cewek-cewek genit teman kampus juga? Maklumlah cowok ganteng kayak aku gini pasti banyak fans. Hmm, tapi ini beda. Beda rasa pastinya.
"Oh iya iya," Renjana hanya bisa menjawab lirih.
"Ayo pilihin aku batik yang bagus dong. Buat saudaraku yang di Jakarta," Dukkha mencolek lengan Renjana yang tampak termangu. Sebenarnya Renjana bukan termangu, ia sedang merasa bahagia. Entah apa sebabnya ia begitu nyaman berada di samping Dukkha, dicubit, dicolek dan disapa dengan ramah oleh gadis itu.