Renjana menggandeng tangan Dukkha keluar dari cafe. Kali ini Dukkha membiarkan saja. Ia tak menarik tangannya. Ia mengikuti langkah Renjana keluar menuju halaman cafe.
"Apakah kita mau langsung pulang ke kosmu?" tanya Renjana, " Atau mungkin kamu mau kemana, aku siap mengantar kemana pun kamu mau," lanjutnya.
"Ah, aku tidak ingin kemana-mana. Kita langsung ke kosku saja. Kita ngobrol di sana sambil menunggu Melanie pulang," jawab Dukkha.
"Oh oke Nona Manis, siap menjalankan perintah," Renjana memberi hormat pada Dukkha.
"Ah, bercanda terus," Dukkha mencubit lengan Renjana lembut.
"Eh, kamu tahu tidak bahwa orang-orang yang suka bercanda itu awet muda lho. Sebaliknya orang-orang yang terlalu serius akan cepat tua. Emang kamu mau lekas jadi nenek-nenek?" Renjana menjulurkan lidahnya ke arah Dukkha, menggoda gadis itu.
"Iya aku tahu tapi kalau bercanda terus, ketawa terus bisa dikira ODGJ. Mereka berdua kembali tertawa.
Renjana menuju motornya, Dukkha mengikuti di belakangnya. Tak lama motor telah berpacu di jalanan menembus malam menuju ke tempat kos Dukkha.
Angin dingin menerpa tubuh Dukkha. Tak sadar tangannya memeluk Renjana tapi segera dilepaskannya kembali. Ia mulai menggigil.
"Nona, peluk aja tidak apa-apa. Aku tahu kamu kedinginan," kata Renjana. Sekilas ia melihat ekspresi wajah Dukkha dari spionnya.
"Ah, ini sudah hampir sampai ke kos. Ayo cepat dikit dong," Dukkha tak sabar ingin segera sampai ke kos. Ia merasa Renjana menyetir motor begitu lambat. Jalannya pelan seperti jalannya siput. Dan itu memang disengaja oleh Renjana agar ia bisa berdekatan lama dengan Dukkha. Tapi Dukkha mengakui dalam hatinya kalau sebenarnya ia merasa senang dan nyaman bersama Renjana. Memang pemuda itu sedikit konyol namun tidak kurang ajar. Dan caranya bercanda, Dukkha sangat menyukainya.
Akhirnya mereka sampai ke depan pintu gerbang tempat kos Dukkha. Ruang tamu tempat kos itu tampak terbuka. Mungkin ada salah seorang anak kos yang sedang menerima tamu.
Ibu kos sangat disiplin. Anak kos yang menerima tamu, misalnya temannya atau keluarganya harus berada di ruang tamu yang disediakan, dan tidak boleh ada tamu yang menginap di kamar kos. Untuk itu ibu kos menyediakan kamar kosong bagi yang ingin menginap karena sesuatu yang urgent. Jadi orang yang menginap tidak menginap di kamar kos namun di kamar yang disediakan secara khusus oleh ibu kos.
Selain sikapnya yang sangat disiplin, di sisi lain ibu kos sangat baik pada anak-anak kos. Mereka sudah dianggapnya sebagai anak sendiri. Ibu kos sering memasak dan dibagi-bagi untuk anak-anak kos. Dukkha dan Melanie termasuk anak-anak yang paling disayang oleh ibu kos. Karena mereka berdua rajin membantu ibu kos saat memasak.
Dukkha memasuki halaman kos. Ia memberi isyarat pada Renjana untuk mengikutinya. Sampai di ruang tamu, ia tak melihat siapa pun di sana. Tapi mengapa pintunya terbuka?
Seorang wanita muncul dari dalam sambil membawa sepiring gorengan. Tampak aneka macam gorengan yang masih mengepulkan asap, sepertinya gorengannya baru saja diangkat dari penggorengan.
"Selamat malam, Bu," Dukkha menyapa wanita yang tak lain adalah ibu kos. Wanita itu berumur sekitar empat puluh delapan tahun. Wajahnya cantik terawat meskipun umurnya hampir memasuki setengah abad.
"Selamat malam Dukkha, Ibu tadi sengaja membuka pintu ruang tamu karena Ibu tahu kalau kamu akan segera pulang," Ibu kos meletakkan sepiring gorengan di atas meja.
"Iya Bu, tadi saya dan Melanie mencari barang di Malioboro. Melanie izin pulang agak terlambat ya Bu. Tapi dia berjanji akan pulang tidak lebih dari jam sembilan," Dukkha segera duduk di dekat ibu kos.