"Kamu kok cantik sekali sih Baby? Udah cantik, anggun, pinter, baik, pokoknya apa-apa yang baik ada di kamu deh," Renjana bergumam sendiri seperti orang gila. Ya, ia memang sedang digilakan oleh cintanya pada Dukkha. Bagaimana tidak? Ia ngobrol sama foto Dukkha.
Ia berbaring di kasurnya yang masih berantakan. Buku-bukunya pun bertebaran tak karuan. Hari ini ia bangun lebih pagi dari biasanya. Biasanya setiap hari ia bangun pukul 5 lebih sedikit. Setelah itu ia akan menjalankan rutinitas shalat Subuh lalu sarapan bubur ayam atau nasi rames yang dibelinya di warung depan.
Namun hari ini Renjana bangun lebih pagi. Semalam ia tak bisa tidur nyenyak. Bukan karena dikerubuti nyamuk nakal namun karena pikirannya terus tertuju pada Dukkha. Dan semalam gadis pujaannya itupun hadir dalam mimpinya. Wow, sungguh indah dan romantis. Sampai ia tersenyum-senyum sendiri. Lalu diambilnya foto Dukkha, diciumnya foto gadis itu sambil ia ngomong sendiri.
Sudah seminggu ini mereka jadian. Sejak Renjana menyatakan cintanya pada malam itu, di tempat kos Dukkha. Maka mereka berdua pun resmi pacaran. Teman-teman mereka juga sudah tahu status mereka.
Meski sudah tiap hari ketemu di kampus, berduaan di kantin, berduaan di perpustakaan, berduaan di manapun namun rasanya belum puas. Penginnya selalu bersama nggak hanya tiap hari, namun tiap jam, tiap menit, tiap detik, begitu pikir Renjana. Dan Glenn pun berkomentar, ya udah kalau begitu lekas nikahin aja, emang anak orang mau dikasih makan batu kalau kamu belum kerja. Lalu kedua sohib itu pun akan tertawa bersama.
Glenn, biar bagaimana pun merupakan teman paling dekat dan paling setia bagi Renjana. Meskipun tingkah laku Glenn kadang konyol dan suka usil, namun ia pemuda yang baik. Glenn asli Jakarta. Orangtua dan kerabatnya tinggal di Jakarta. Otak pemuda itu cukup cerdas sehingga ia berhasil diterima di universitas favorit di Yogyakarta.
Tok ... tok ... tok! pintu kamar Renjana diketuk dari luar. Renjana menggeliat malas. Siapa sih pagi-pagi begini udah ketuk-ketuk pintu? Ia beranjak membuka pintu.
Begitu pintu dibuka, mulutnya pun ternganga. Ia melihat Dukkha telah berdiri di depan pintu kamarnya. Ia merasa begitu heran karena baru pertama kalinya gadis itu menyambanginya di tempat kos. Dan apalagi di pagi buta begini. Ada apa?
"Hei, Baby ada apa? mengapa pagi-pagi kamu ke sini?" Renjana memegang bahu Dukkha.
"Honey, motorku macet di depan sana. Aku barusan beli lauk untuk sarapan. Tiba-tiba motorku macet, terus aku ingat di dekat sini adalah tempat kos kamu. Maka motorku kubawa ke sini. Itu sudah dibawa masuk ke garasi sama Glenn. Katanya bengkel buka pukul 7 pagi," jelas Dukkha.
"Ah, baiklah kalau begitu mari masuk. Aduh maaf kamarku berantakan nih. Aku rapiin sebentar, jadi kita bisa duduk nyaman."
Renjana segera menata kamarnya secara kilat. Sekitar sepuluh menit keadaan kamarnya sudah lumayan rapi, lebih mendingan daripada keadaannya semula yang mirip kapal pecah.
Dukkha pun masuk ke kamar Renjana, lalu duduk di dekat pintu yang dibiarkan terbuka. Renjana pergi ke dapur untuk membuat 2 gelas teh hangat.
"Wah sudah rapi sekali," seloroh Dukkha memuji kekasihnya.
"He he he, karena ada kamu, Baby. Jadi dibikin rapi deh. Nih minum dulu, kamu kan sudah capek-capek menuntun motor, Baby," jawab Renjana terkekeh.
Lalu Renjana menyodorkan segelas teh hangat kepada Dukkha. Dukkha menyeruput teh hangat. Huhh, aroma teh melati yang sangat khas. Seperti teh buatan ibunya. Segar dan nikmat.
Mereka pun ngobrol sambil menunggu waktu. Renjana berencana mengantar Dukkha ke tempat kosnya pada pukul 6, menunggu gadis itu mandi, berganti baju dan sarapan lalu berangkat bersama ke kampus.
Udara pagi itu sangat dingin. Hawa dingin membuat Renjana merapatkan tubuhnya ke tubuh Dukkha. Tangan Renjana menggenggam tangan gadis itu erat-erat. Hawa dingin mulai entah, tergantikan oleh sensasi hangat dan romantis. Tak sadar mereka duduk makin berhimpitan.
Renjana menggeser posisi duduknya sehingga kini Dukkha telah berada di depannya. Renjana merangkul gadis itu dari belakang, masih dalam posisi duduk di lantai. Ia menciumi rambut gadis itu, sementara tangannya menggenggam erat tangan gadis itu.
Dukkha tak berusaha menyingkirkan tangan kekasihnya itu. Tangan itu selanjutnya mencubit lembut pipinya.
"Awww, sakit lho. Jangan keras-keras dong," ucap gadis itu merajuk. Lalu ia mengelus pipinya sambil meringis kesakitan. Tentunya sakit yang pura-pura untuk menarik perhatian Renjana.