Saat membuka mata, dia telah berganti nama Nova. Segalanya terasa baru dan berbeda. Dia bangkit di atas tempat tidur, dan seketika seberkas cahaya redup menyala di meja nakas. Saat tangannya terjulur ke arah alat di atas meja itu, cahayanya menerang, dan ketika dia kembali berbaring sambil memegang terminalnya, alat itu otomatis teraktifkan. Di layarnya tercantum Sabtu, 12 Desember 2082.
Dia memandang sekeliling kamar tidurnya. Dindingnya berwarna merah darah. Tampak olehnya tetesan air hujan menerpa jendela sempit yang memanjang dari lantai kayu hingga kusen biru di bawah langit-langit loteng yang miring.
Alat itu berbunyi “pling”, dan muncul gambar seekor monyet kecil bermata bulat di layarnya. Dan satu lagi jenis primata dinyatakan punah. Di alam bebas sudah lama monyet ini punah, karena seluruh habitat monyet berkepala kapas (Saguinus oedipus) dari Amerika Selatan itu telah hangus dan layu. Dan sekarang satu-satunya yang tersisa di penangkaran pun telah direnggut maut. Sungguh menyedihkan. Begitu memilukan.
Bunyi “pling” terdengar lagi. Seekor iguana, juga dari Amerika Selatan. Dinyatakan punah.
Pipi Nova terasa panas. Tapi dia seolah tak berdaya, ketika terminal genggam itu kembali berbunyi, dan muncul animasi seekor antilop Afrika. Sejak saat itu, antilop pun dinyatakan punah oleh Persatuan Konservasi Dunia, termasuk juga yang ada di penangkaran. Sekawanan antilop, rusa kutub, dan jerapah yang besarbesar di suatu tempat yang dahulunya dikenal sebagai padang rumput Afrika, adalah sebuah pemandangan yang tidak pernah ada lagi sepanjang hayat manusia masa kini. Seiring dengan punahnya hewan pemakan rumput, punah pula hewan-hewan pemakan daging. Di berbagai kebun binatang beberapa spesies karnivora dan herbivora sempat bertahan hidup, tapi mereka pun akhirnya punah dalam penangkaran.
Nova sudah sejak lama mengunduh aplikasi LOST SPECIES, yang dari waktu ke waktu menampilkan kabar terbaru tentang punahnya spesies flora dan fauna. Dia bisa saja menghapus aplikasi itu dan menutup diri dari segala yang terjadi di dunia sekitarnya, tetapi sebagai manusia dia merasa berkewajiban untuk mengikuti perkembangan proses degradasi habitat di Bumi. Dia gusar. Dia berang. Kemarahan yang sia-sia karena dia, toh, tak bisa berbuat apa-apa .…
Satu penyebab terpenting punahnya begitu banyak tumbuhan dan hewan ialah pemanasan global yang menjadi-jadi sejak beberapa dekade. Pada seratus tahun lalu, bumi ini masih begitu memesona. Namun, dalam abad ini bumi telah kehilangan pesonanya. Dunia kini telah begitu berubah. Bertahun-tahun lalu, manusia telah berhenti membuang gas CO2 ke atmosfer, tapi gas yang telah dilepaskan mustahil ditarik kembali. Planet ini telah melampaui ambang batasnya. Saat ini, pemanasan global telah terlepas dari kendali manusia. Proses alamiah Bumi kini berjalan dengan logikanya sendiri.
Jari Nova menggesek layar sentuh, menyalakan aplikasi EarthCam. Nova juga menyalakan layar lebar di langit-langit di atas kasur. Perangkat genggam itu kini berfungsi sebagai remote control layar lebar tersebut. Dia bergeser sedikit ke atas di tempat tidur dan menatap penuh perhatian pada gambar planet yang dihuninya.
Bagaimana cuaca di Kutub Utara? Dilihatnya gambar Laut Arktik yang biru berkilau dan cahaya kebiruan pun memenuhi ruangan. Tak tersisa sedikit pun es di kutub, dan hari ini hampir tidak berangin sama sekali, hanya goyangan riak-riak di laut yang menandakan ini siaran langsung, dan tampak sekilas wadah tempat kamera diletakkan. Sudah beberapa dasawarsa berlalu sejak beruang kutub terakhir ditemukan di alam bebas, tetapi masih ada beberapa ekor di penangkaran.
Dan bagaimana kondisi di kawasan Samudra Pasifik, atau di Samudra Hindia? Sebagian besar pulau karangnya telah tenggelam, seluruh negara di atasnya telah hanyut. Hanya tiang-tiang penanda di laut yang menunjukkan tempat bekas daratan. Di beberapa tiang ada tanda yang menunjukkan nama daerahnya: Kepulauan Maldive, Kiribati, Tuvalu. Di sana-sini Nova melihat gedung-gedung berwarna gading satudua meter di bawah permukaan laut yang sebening kristal—sisa-sisa kuil, masjid, dan gereja. Peradaban yang tenggelam, surga eksotik dari masa lalu.
Dan di padang Siberia? Di sana panasnya meletupletup. Dia memilih beberapa kamera dari wilayah yang pernah dikunjunginya, menatap lekat-lekat layar video tipis di langit-langit itu hingga seakan bisa merasakan gas metana yang merembes dari lumpur dan rawarawa. Dan suhu di sana pun terus meningkat .…
Nova menyentuh layar terminal kecil itu dan muncullah sejumlah gambar satelit terkini yang menyajikan kondisi bumi termutakhir. Bola dunia tampak berputar perlahan. Tidakkah benua-benua itu sedikit menyusut ketimbang beberapa tahun lalu? Tidakkah laut telah menenggelamkan lagi kota-kota tepi pantai di bumi ini? Lapisan es di Greenland dan Antartika jelas-jelas menyusut ketimbang tahun lalu.