Dunia di Balik Punggung Manusia

Dearhopen
Chapter #1

Prolog

Tidak seperti hari biasanya, siang ini kantin sekolah terasa lebih longgar. Hari ini digelar acara perpisahan siswa tingkat akhir yang tak mewajibkan siswa tingkat 1 dan tingkat 2 untuk datang ke sekolah. Oleh karena itu, hanya para guru, staf, dan siswa tingkat akhir yang berlalu-lalang di sekolah, bahkan beberapa di antara mereka sudah pulang karena acara perpisahan yang sebentar itu telah berakhir.

Atlas dan teman-temannya memilih untuk mengulur waktu pulang dan pergi mengunjungi kantin yang telah menemani mereka selama hampir 3 tahun ini. Mereka mengobrol tentang banyak hal seakan perpisahan sudah menanti di ujung jalan pulang. Tidak mungkin. 'Anak-anak kaya' ini akan terus berteman dikarenakan hubungan keluarga mereka yang sudah terjalin akrab untuk waktu yang sangat lama.

Piring-piring dan gelas-gelas di hadapan mereka telah terkuras; menyisakan remahan makanan dan es batu kecil yang tinggal menunggu waktu untuk sirna. Kantin sudah semakin sepi, mereka juga tinggal menunggu waktu untuk diusir.

''Kalian mau ambil program studi apa?'' Tanya Atlas membuka perbincangan mengenai perkuliahan.

''Gue mau ambil kedokteran.'' Julian menjadi penjawab pertama dengan menunjukkan wajah yang bangga.

Abie memicingkan matanya ke arah Julian. ''Lo serius?''

''Modelan begini mau ambil kedokteran? Bercanda lo.'' Keenan menimpali.

''Lah, nggak percaya? Gue kurang apa coba? Udah cocok ini jadi dokter.'' Kali ini Julian berusaha mempertahankan martabatnya di hadapan teman-temannya, meski sebelumnya telah ternodai berkali-kali.

''Otak lo cocok, akhlaknya nggak.'' Ucapan Keenan menjadi pemicu tawa mereka, termasuk Julian yang tiba-tiba saja menjadi sedikit malu. Penjaga kantin yang sedang mencuci gelas juga ikut mengulas senyuman melihat kebahagiaan para siswa di masa-masa terakhir sekolah mereka.

''Lo sendiri mau ambil program studi apa?'' Tanya Grace kepada Atlas setelah mereka semua benar-benar selesai tertawa.

Atlas menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Ia terlihat kebingungan. ''Nggak tahu. Belum ada ide.''

Sempat sunyi beberapa saat, Keenan kembali mengangkat suara. ''Gue kok kepikiran mau ambil jeda setahun, ya?''

Ucapan Keenan barusan berhasil membuat Atlas membuka mata lebar. Ia menjetikkan jarinya di depan wajah Keenan.

''Nah, sama! Gue juga mikirnya gitu!'' Ujar Atlas bersemangat.

Julian menggeleng-gelengkan kepalanya. ''Santai aja kali, Tlas.''

''Libur setahun dong? Mau ngapain coba selama itu?'' Grace ikut menimpali.

Atlas mengusap-usap dagunya. Ia terlihat berpikir keras untuk menanggapi pertanyaan Grace. Sebelumnya, ia memang belum memikirkan hal tersebut. Yang ia prioritaskan hanyalah 'istirahat belajar'.

''Kalau kalian jeda setahun, gue juga ikutan. Ntar kalau gue kuliah, kalian nongkrong terus. Gak adil banget.'' Abie memutar bola matanya

Lihat selengkapnya