Dunia Kecil Jiji

Nuha Azizah
Chapter #10

Bab 10 Bocah Roti Melon

Aku baru tahu saat istirahat makan siang kalau gadis cantik yang tadi pagi mengantar Hayashi-san adalah pegawai baru yang diceritakan Senior Ana.

“Halo, semuanya. Perkenalkan, saya Mochizuki Asako. Saya dipindahtugaskan dari Tokyo ke Osaka. Mohon bantuannya.” Gadis itu menunduk usai memperkenalkan diri. Kami semua bertepuk tangan menyambut kedatangan Mochizuki.

“Semuanya, mulai sekarang Mochizuki akan menjadi bagian dari keluarga Himawari Roujin sebagai asisten perawat senior. Tolong dibantu, ya.” Senior Ana ikut menambah sedikit pidato untuk menegaskan posisi Mochizuki.

“Ya, Mochizuki-san, mejamu ada di ....” Senior Ana menyapu sekeliling ruangan. Kemudian, matanya menatap ke arah meja di sebelahku. Dengan riang, Senior Ana memberi tahu Mochizuki bahwa mejanya berada persis di sebelah mejaku.

“Jiji ...?” Mochizuki mengerutkan alis. Tatapannya sangat memperlihatkan sorot yang heran sambil menatap Senior Ana yang masih tertawa kecil.

Aku mengangkat sebelah tangan dengan wajah setengah tertunduk. “Ah, itu aku,” cicitku menghela napas. Berusaha menerima kalau Mochizuki juga akan tertawa seperti pegawai lain.

Namun, reaksi yang kudapat sungguh di luar dugaan. Mochizuki tidak tertawa, gadis itu justru menatapku tajam. Wajahnya seperti orang menemukan maling celana dalamnya yang berharga. Bukan hanya aku, kulihat wajah Senior Ana yang berdiri di sebelahnya juga ikut menegang.

Beruntung Senior Ana tanggap. Ia menepuk bahu Mochizuki dan seketika, pandangan itu hilang. Mochizuki kembali melempar senyum manis sambil sekali lagi menunduk dan memberi salam pada kami. Namun, pandangannya kembali menajam ketika Mochizuki berjalan menuju tempatnya yang berada persis di sebelahku. Aku sampai tidak berani memandanginya lagi. Kenapa dia terlihat seperti ingin menelanku hidup-hidup?

“Ah, Ando-san. Otsukaresama[1]!” sapa Senior Ana yang membuatku ikut menoleh ke arah pintu masuk. Terlihat Ando memasuki ruangan sedikit tergopoh-gopoh. Hari ini, Ando memang mendapat sif siang. Karena itu, aku baru bertemu dengannya sekarang.

Aku tersenyum riang melihat kedatangan Ando. Saking merasa senang, aku baru menyadari belakangan kalau tubuhku sampai berdiri menyambut kedatangannya. Maksudku, ini seperti ketika kalian ditindas seseorang dan temanmu datang menolong. Ini bahkan kedua kalinya Ando datang menolong. Aku curiga kalau Ando ini memang malaikat penolong.

“Ando-kun!” Mochizuki berlari kecil menghampiri Ando sambil menyalaminya.

Beku. Aku merasa tubuhku membeku. Bayangan kalau Ando adalah malaikat penolong seketika rusak karena ... tunggu! Kenapa Mochizuki bisa begitu akrab dengannya? Lihat, Senior Ana bahkan menutup mulut, sama terkejutnya denganku!

“Oh, Asako! Aku enggak dengar kamu sudah datang. Bukannya harusnya besok?” Ando tidak terlihat terkejut sama sekali. Ia bahkan balik menyalami Mochizuki.

“Aku datang sehari lebih cepat. Sekalian mau lihat-lihat tempatku bekerja,” balas Mochizuki dengan nada ceria. Benar-benar berubah 180 derajat daripada sebelumnya.

“Aku ... aku tidak tahu kalian saling … mengenal ....” Senior Ana memotong. Ia berada di antara keduanya. Seperti sesuatu yang menyelip di antara gigi.

“Ah, Asako ini rekanku sewaktu bekerja di Tokyo. Kami memang cukup dekat. Aku juga tahu dia akan pindah kemari, tapi aku tidak tahu dia mulai hari ini,” jelas Ando panjang lebar. 

Lihat selengkapnya