Dunia Kecil Jiji

Nuha Azizah
Chapter #12

Bab 12 Kedatangan Anza

Aku memandangi pemandangan hijau di luar jendela kereta yang bergerak cepat. Perasaanku campur aduk. Pikiranku melayang tak tentu arah, mempertanyakan kebenaran dari apa yang telah kulakukan. Bahkan, keraguan itu tak hilang meski aku telah tidur dua malam dan kini dalam perjalanan kembali ke Semarang. 

Aku ingat Ibu selalu mengatakan satu hal tentang keraguan, “Dengar ya, Mbak. Ibaratnya, kamu sedang menyeberangi sungai dan sekarang kamu itu udah separuh jalan. Badanmu udah separuh basah. Kalo kamu balik lagi, kamu enggak akan dapet apa-apa selain baju basah sama masuk angin. Jadi, lebih baik sekalian menyelam dan seberangi sungai yang membentang di hadapanmu.”

Sesuai saran Ibu, aku hanya terus mencoba menceburkan diri lebih dan lebih dalam. Aku terus menggaungkan nasihat itu berulang-ulang pada diri sendiri sejak memilih jalan ini. Namun, kenapa perasaanku mengatakan ada sesuatu yang salah? Aku mengeratkan ransel di pangkuan ke dalam pelukan. Membuka sedikit ritsleting untuk mengintip bagian dalam. Terpampang jelas map bening yang menampilkan surat izin orang tua pada bagian depan dengan goresan tanda tangan Ibu di atas materai.

Benar. Apa gunanya aku melakukan ini kalau aku memilih untuk tidak menjalani rencana sampai akhir? Ini yang namanya risiko! Sama seperti ketika aku akhirnya membatalkan pilihan ini. Pada akhirnya, apa pun pilihanku, aku selalu memiliki risiko yang pasti terasa menyakitkan di awal. Karenanya, aku kembali meyakinkan diri bahwa keputusanku berada di jalan yang benar. Sekaligus mempersiapkan diri dan hati untuk menerima risikonya nanti. Meski begitu, aku harus tetap berhati-hati menjalani rencana dengan rapi.

Kereta memasuki peron Stasiun Semarang Poncol pukul 16.15 WIB. Meski masih bisa merasakan keringat dingin di bagian punggung, hatiku kini terasa tenang dan lega. Setelah 8 jam perjalanan, kini aku merasa siap kembali berjuang! Aku mengepalkan tangan sebagai tanda semangat. Kemudian, mengayunkan kepalan itu dengan … bunyi perut keroncongan yang terdengar sampai keluar sampai-sampai membuat orang sekitar yang mendengar tertawa kecil. Oke, waktunya cari makan kalo gini, sih. 

***

Aku menemui Mona Sensei keesokan harinya untuk menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran. Mona Sensei memeriksa satu demi satu berkas yang kuserahkan, lalu mengangguk. 

“Hebat kamu, Azizah-san. Akhirnya kekhawatiranmu kemarin enggak terjawab, ya. Ini kamu berhasil meyakinkan ibumu. Omedetou, Azizah-san,” ujar Mona Sensei tersenyum puas seraya melambaikan surat izin orang tua di hadapanku. 

Aku hanya bisa tertawa getir mendengar ucapan Mona Sensei, lalu menundukkan kepala dalam-dalam. Memandangi ujung sepatu yang saling bertumpuk. Salah satu kebiasaanku ketika merasa gugup. Aku percaya, dengan meletakkan telapak kaki kanan ke atas kaki kiri, maka akan meredakan setidaknya setengah dari rasa gugup. 

Yo wis, dokumen ini saya terima. Nanti kalau ada informasi lebih lanjut, pihak LPK yang akan langsung kabari kamu. Mungkin tiga hari kerja. Kalau sampai minggu depan belum ada kabar, kamu hubungi saya saja ya, Azizah-san. Saya akan bantu untuk pemrosesan dokumen.”

Aku mengangguk cepat dengan penjelasan Mona Sensei. Mona Sensei sempat memberiku kesempatan untuk bertanya jika ada hal yang kurang dipahami. Namun, aku sengaja tidak bertanya apa-apa. Aku hanya ingin segera pergi. Sepertinya tangan dan kakiku mulai dingin seperti es. Karena aku tidak memiliki pertanyaan lain, Mona Sensei mengakhiri pertemuan kami hari itu dan mempersilakanku untuk pulang. 

Arigatou gozaimasu, Sensei. Shitsureishimasu[1],” ucapku buru-buru berjalan mundur, lalu menutup pintu. Aku benar-benar merasa kakiku kehilangan tenaga, bahkan untuk menyangga badan sendiri. Perasaan lega mulai melingkupi ketika mengingat bagaimana Mona Sensei tidak mencurigai surat izin itu. 

Aku baru saja duduk dan menenangkan diri di bangku panjang yang berjejer di depan jimusho[2] kampus ketika sebuah pesan masuk ke aplikasi chatting. Nomor enggak dikenal? Aku menyipitkan mata, memeriksa foto profil yang digunakan oleh si pengirim pesan. Namun, aku tidak berhasil mendapatkan informasi apa pun. 

Lihat selengkapnya