Dunia Kecil Jiji

Nuha Azizah
Chapter #19

Bab 19 Penolakan Tsutomu-san

Ini hari Jumat dan tiga hari sudah berlalu sejak Senior Ana menemani Hayashi-san di rumah sakit. Belum ada kabar menggembirakan kapan Senior Ana akan kembali. Selama itu pula, akulah yang ditugaskan untuk menggantikan posisi Senior Ana meski hanya untuk membangunkan, membantu para pasien mempersiapkan hari, dan asistensi makan.

Untuk mandi dan mengganti popok, biasanya Moe atau Saki yang akan melakukannya. Sesekali Ando juga datang membantu—meski aku berusaha untuk tidak berpapasan dengannya ketika mengalami kesulitan, entah bagaimana Ando selalu bisa menemukanku. Aku penasaran, apa Ando punya semacam sensor untuk mengetahui orang dalam kesulitan? Apa itu semacam mukjizat yang Tuhan berikan pada manusia dengan hati malaikat?

Hari pertama, semua berjalan lancar dan tidak ada hambatan apa pun. Mochizuki akhirnya diminta untuk membantu di sif malam karena Ami Sensei kelelahan ikut mengurusi Hayashi-san sebelumnya, sehingga kami tidak bertemu. Selain itu, aku juga mendapatkan hadiah dari trio jompoers yang suka sekali bergosip.

Para pasien yang sebelumnya pulang juga baru akan kembali setelah awal tahun nanti. Semua benar-benar berjalan lancar satu hari itu. Aku berdoa supaya Tuhan memberikan kesembuhan penuh pada Hayashi-san, sehingga Senior Ana dan Ami Sensei bisa segera kembali.

Sayangnya, hari sial memang tidak tercantum dalam kalender. Aku tidak tahu, apakah Dewi Kemalangan memang sejatuh cinta itu kepadaku atau bagaimana. Atau, Dewi Kemalangan terlalu bosan karena lebih sedikit orang malang daripada orang dengan keberuntungan sehingga ia tidak melepaskan orang dengan nasib malang begitu saja? Aku tidak tahu mana yang benar—atau bisa juga keduanya tidak benar—tetapi segalanya seolah-olah seperti Dewi Kemalangan iri melihatku bergembira meski hanya sejenak untuk mengambil napas.

Hari ini, ketika aku mencoba untuk membangunkan Tsutomu-san, ia menolak untuk bertemu denganku. Aku mencoba untuk mengingat-ingat sesuatu yang salah. Memang sejak kemarin siang, Tsutomu-san sedang sulit makan. Namun, ia juga menolak ketika aku berusaha untuk membujuknya. Penolakannya benar-benar keras sampai ia membanting piring hingga isinya tumpah ke mana-mana. Bahkan, ketika aku mengajaknya untuk menghirup angin segar dengan berjalan-jalan, ia tetap menolak dengan wajah yang murung.

Bohong kalau aku bilang, aku tidak tertekan. Aku-benar-benar-sangat-tertekan. Padahal, ketika melihat catatan pasien dari sif malam, tidak ada yang salah dengan Tsutomu-san. Ia memakan habis makan malamnya, menurut ketika staf lainnya memintanya untuk ke toilet, dan pergi tidur dengan cepat. Kemudian, di mana masalahnya?

Aku mencoba untuk bicara dengan Saki dan Moe, tetapi mereka tidak bisa memberikan saran yang kubutuhkan. Aku tentu tidak ingin membicarakan hal ini dengan Ando. Ah, aku berharap Senior Ana berada di sini untuk membantu memecahkan masalah.

Permasalahan mengenai Tsutomu-san ini membuatku yang paling anti berada di kamar mandi, akhirnya memutuskan ke toilet hanya untuk mencuci muka sembari menenangkan diri. Kupandangi wajah melalui cermin. Lesu, kuyu, tidak terlihat semangat untuk menjalani hari. Apa ini yang membuat Tsutomu-san tidak ingin bertemu denganku? Aku mencoba untuk tersenyum sambil memandang cermin. Namun, hasil yang kudapat hanyalah kegagalan. Aku sendiri saja takut melihatnya, apalagi orang lain!

Aku menghela napas, lalu berbalik membelakangi cermin. Memandang langit-langit toilet yang bersih tanpa ada sarang laba-laba sedikit pun di sana. Ah, bicara tentang sarang laba-laba mengingatkanku akan langit-langit di rumah. Bagaimana kabar Ibu hari ini, ya? Apakah Ibu sehat di sana? Kira-kira, apa yang sedang Ibu lakukan? Apa Ibu sedang menjahit baju-baju pelanggannya lagi? Oh, apa jangan-jangan Ibu sedang karaoke? Ibu kan, suka sekali berkaraoke.

Tiba-tiba saja, suara sumbang Ibu mengalun di telingaku. Suara yang selalu tidak pas dengan tempo musik yang diputar. Suara yang selalu saja menyalahi melodi aslinya. Aku tahu orang-orang selalu mencibir kemampuan bernyanyi Ibu, tetapi hal itu tidak melunturkan kepercayaan diri Ibu sedikit pun. Ibu selalu maju dan bernyanyi dengan request lagu istimewanya—Bon Jovi—ketika berada di resepsi pernikahan tetangga atau acara-acara yang memfasilitasi karaoke.

Lihat selengkapnya