Aku telah menyelesaikan semua pekerjaan hari itu dan bersiap pulang ketika menemukan Ando dan Mochizuki berdiri tepat di depan pintu masuk menuju ruang staf. Aku refleks berhenti, lalu memutar balik tubuh, dan berlari menuju perempatan lorong. Sambil berusaha bersembunyi, aku mengintip mereka.
Aku tidak bisa mendengar apa yang sedang mereka bicarakan, tetapi aku bisa melihat Ando tertawa. Sementara, karena posisi Mochizuki yang membelakangi, aku tidak bisa melihat dengan jelas reaksinya. Namun, aku tahu ia juga sedang tertawa dengan gaya anggun kalau melihat dari kepalanya yang sedikit menunduk dan pundaknya yang naik-turun kecil.
Bukan, ya, aku bukan merasa penasaran atau apa. Melihat waktunya, mungkin Ando yang saat ini satu sif denganku sedang melakukan serah terima pekerjaan. Kalau memperhatikan Senior Ana melakukan serah terima tugas, apa yang sedang mereka lakukan ini sama persis. Senior Ana juga terkadang berbincang sebentar dengan rekan yang menjadi “penerima wahyu” dari sif berikutnya.
“Jiji-chan, kamu sedang apa?” Moe menepuk pundakku, membuatku terkejut dan menoleh ke belakang.
“Oh, aku ...,” jawabku gelagapan. Saki yang bersamanya justru ikut-ikutan mengintip Ando dan Mochizuki.
“Heee, kamu ngintipin mereka dari tadi? Cemburu, ya?” goda Saki sambil menyikut pelan. Wajahnya tampak meledekku dengan alis yang naik-turun.
“Cem—apa? Enggak, kok!” Aku buru menggeleng seraya melambaikan tangan.
“Eee, kenapa, kenapa?” Moe yang masih di sebelah kanan, kini berpindah ke kiri dan mengikuti pose Saki untuk mengintip. Ia lalu memekik girang sambil menoleh ke arahku. Melihat dengan tatapan menggoda.
“Lihat, lihat, Jiji-chan ngeliatin mereka.” Saki menunjuk ke arah Ando. Aku sudah berusaha untuk menarik Moe supaya tidak melakukan hal yang sama, sayangnya gagal.
Bukan hanya mengintip, Moe bahkan memanggil Ando seraya melambaikan tangan. Diikuti Saki yang akhirnya kami keluar dari persembunyian kami dan berjalan mendekati mereka berdua.
“Oh, kalian sudah mau pulang?” Ando mengembang senyum. Saki dan Moe mengangguk. Mereka berempat kemudian mengobrol seru. Sementara, aku yang hanya diam di belakang, segera berbelok masuk ke ruang staf untuk mengambil barang-barang.
“Oh, Jiji-chan?” Ando menegur.
“Otsukaresamadeshita,” balasku sedikit membungkukkan badan.