Seperti ucapan Mona Sensei sebelumnya, kabar baik itu datang! Aku lulus seleksi berkas dan akan dijadwalkan untuk wawancara di hari Senin minggu depan. Tentu saja kebahagiaan kecil ini menghapuskan kejengkelan yang terjadi semalam. Aku tidak peduli dengan grup yang sepi. Ketika aku mengaktifkan ponsel, ada satu telepon dari Anza dan satu telepon dari Aryo, selebihnya tidak ada apa pun yang terjadi.
Waktu memang terasa cepat berlalu ketika kita sedang melakukan sesuatu. Kira-kira, begitulah yang kurasakan sekarang. Dalam sekejap mata, aku sudah melakukan mensetsu atau wawancara dengan user dan dinyatakan lulus untuk menjalani program pelatihan sebelum diberangkatkan ke Jepang. Dalam sekejap, aku pindah dari kos ke asrama milik lembaga LPK. Dalam sekejap pula aku tiba-tiba sudah memulai pelajaran.
Meski lulusan Sastra Jepang, aku tetap diwajibkan ikut pelatihan dan dikhususkan footnoteuntuk lebih fokus pada budaya kerja, kebudayaan, pengenalan pekerjaan sebagai caregiver, juga pelajaran praktiknya sebelum melakukan praktik ke panti wreda secara langsung. Aku juga mengikuti ujian sertifikasi untuk mendapatkan visa Specified Skilled Worker atau dalam bahasa Jepangnya disebut sebagai tokutei ginou yang memang menjadi salah satu persyaratan utama ketika ingin melamar pekerjaan sebagai seorang caregiver.
Meski fasilitas semua tidak berbayar—aku mengambil dana talangan seratus persen—aku tetap mengambil kerja paruh waktu untuk biaya makan dan kebutuhan pribadi. Syukur-syukur bisa tersisa dan jadi tambahan modal awal keberangkatan.
Bicara soal pelatihan, setelah aku pindah dan menjalani pelatihan selama sebulan—dari total enam bulan pelatihan—aku mengalami beberapa hal menarik.
Pertama, aku ternyata tidak sendiri! Ada teman sesama Sastra Jepang, Fera—ada yang lain juga, tetapi hanya aku dan Fera yang mengikuti program sebagai caregiver. Meski kami berbeda konsentrasi ilmu—aku linguistik dan Fera adalah Sastra—kami akhirnya dekat dan berteman baik.
Kedua, ingat soal bapak-bapak tua super cerewet yang kutemui di kereta tempo hari? Benar! Ialah orang yang bertanggung jawab dengan LPK di sini! Wow, dunia benar-benar selebar daun kelor, guys! Aku merasa malu sendiri lantaran Bapak itu masih mengenaliku dengan baik.
Ketiga, hal paling menarik dari tiga hal menarik yang terjadi adalah: Aryo yang PDKT! Benar, kalian tidak salah baca. Pen-de-ka-tan, alias PDKT! Ah, tapi kupikir ini seharusnya tidak lagi mengejutkan kalian. Dari semuanya, sikap Aryo memang menjurus ke arah aroma romantis. Aku sendiri pun bisa memprediksinya. Meski chat kami kebanyakan hanya berisi ledekan dan pertengkaran kecil.
Penasaran bagaimana semua bermula? Oke, oke, aku akan menceritakannya. Duduk yang tenang dan ambil camilan kalian. Karena sepertinya ini akan sedikit panjang.
Ingat dengan pertengkaran konyol kami soal stand jajanan yang tidak mengandung logo halal? Tidak, tidak, kejadiannya setelah itu. Benar, di hari Seninnya, aku melakukan mensetsu dan diterima. Setelah mendapati kabar itu, esoknya aku berpamitan pada supervisor toko tempatku melakukan kerja sambilan untuk tidak melanjutkan kontrak yang memang akan berakhir hari Rabu.
Kukira semua akan berjalan lancar, tetapi ketika hari Selasa itu, aku pulang kerja dengan uang terakhir yang kumiliki sebelum pembayaran selanjutnya turun di hari Rabu. Dengan perut super keroncongan, aku membayangkan akan pulang, setelah itu memakan mi instan kuah dengan cabai yang nikmat. Apalagi cuaca sangat mendukung. Hari itu, aku merasa air liurku sudah menetes. Padahal aku masih berada di angkot.