“Tante Jiji!”
Dari kejauhan, terlihat Sho melambaikan kedua tangannya sambil melompat ceria. Sementara, Nagase-san mendampinginya tersenyum lembut.
“Sho-kun! Nagase-san!” Aku berlari kecil menghampiri mereka dengan sedikit susah payah karena kantong plastik besar yang kubawa, tetapi aku sangat gembira melihat mereka lagi.
“Akemashite omedetou,” ucap Sho memberi salam dengan menundukkan setengah badannya khidmat.
“Akemashite omedetou, Sho-kun, Nagase-san,” balasku ikut menunduk. "Kalian menungguku di luar? Apa enggak kedinginan?" tanyaku melanjutkan. Sho menjawab dengan ceria bahwa ia tidak sabar untuk bertemu denganku dan menyelesaikan proyek yang kami buat.
Melihat semangat Sho, semangatku ikut terbakar. Kami pun memutuskan untuk segera masuk ke roujin supaya bisa mempersiapkan hal-hal yang diperlukan. Saki dan Moe turut menyambut dan membantu kami memasangkan kain spanduk yang sudah kami tempelkan ucapan “Selamat Datang, Hayashi-san” menggunakan stirofoam yang dilapisi dengan kertas mengilap.
Aku, Sho, dan Nagase-san menyatukan origami burung bangau yang kami lipat sendiri. Suasana sangat ceria juga penuh perasaan tidak sabar. Terlebih ketika Senior Ana menelepon dan memberi kabar kalau Hayashi-san akan kembali ke roujin siang ini. Ando yang hari ini sedikit sibuk juga sesekali menyempatkan diri untuk melihat perkembangan proyek kami.
Meski hari ini adalah hari liburku, aku tetap datang untuk membantu Sho menyambut kedatangan Hayashi-san. Ya, itulah rencana yang kami buat. Sebelum Sho pindah, dia ingin mengucapkan terima kasih juga mengungkapkan perasaan sayangnya pada sang kakek yang dulu merupakan pahlawannya. Bagi Sho, keberadaan Hayashi-san jauh lebih keren daripada semua pahlawan yang ada di buku cerita ataupun televisi.
Sho sudah bisa memahami konsep dua wajah milik orang dewasa. Sho yakin sekali kalau Hayashi-san sebenarnya masih sangat menyayanginya dan juga Nagase-san. Namun, Sho tidak tahu apa yang membuat Hayashi-san menghalangi dirinya sendiri untuk bersikap baik kepada mereka. Sho tidak menyalahkan dirinya, tetapi ia yakin ada sesuatu yang membuat sang kakek merasa sakit hingga ia harus menjauh dari keluarganya.
Namun, karena masih kecil dan tidak tahu apa yang harus dilakukan, Sho meminta bantuan pada orang dewasa seperti yang ia lakukan padaku dan Ando kemarin. Aku sangat senang bisa membantu Sho mewujudkan harapan kecilnya sebelum ia benar-benar pindah ke Hokkaido. Tentu saja hal itu tidak akan terjadi tanpa kerendahan hati Nagase-san untuk menunda kepindahannya, juga kebaikan orang-orang di Himawari Roujin yang mengizinkan juga turut serta membantu persiapannya.
“Ah, maaf kalau Anda sedikit terganggu dengan pekerjaan kami, Tsutomu-san,” ucapku yang baru saja selesai menggantung burung bangau yang sudah disatukan. Setelah selesai memasang kain spanduk, Saki dan Moe kembali bekerja karena beberapa pasien mulai kembali ke roujin sehingga roujin menjadi lebih ramai daripada kemarin.
Sementara, setelah selesai menyatukan origami bangau, Nagase-san pergi sebentar ke bagian administrasi. Ia membawa Sho supaya anak itu menggambar di ruang bermain saja. Nagase-san takut Sho mengganggu Tsutomu-san yang satu kamar dengan Hayashi-san.
“Enggak ... aku hanya ... entah sudah berapa lama enggak ada orang yang menyambutku dengan meriah seperti ini. Oh, ya, terima kasih untuk kemarin. Aku akhirnya bisa kembali tidur dengan nyenyak,” jawab Tsutomu-san. Matanya kembali menatap kain spanduk dan kumpulan origami bangau dengan tatapan berkaca-kaca. Setelah itu, tangannya yang keriput mengusap sudut matanya yang terlihat meneteskan air mata.