Dunia Kecil Jiji

Nuha Azizah
Chapter #33

Bab 33 Serangan

Aku pikir melihat teman-teman dalam kondisi mabuk akan selucu di drama-drama. Mereka akan bertingkah konyol seperti menari, menyanyi dengan suara keras, bicara sendiri, atau melakukan hal-hal aneh lainnya. Biasanya kan, tokoh-tokoh yang mabuk selalu menyusahkan tokoh yang tidak mabuk, seolah-olah ketampanan atau kecantikan mereka tertutupi hal-hal konyol atau lucu lainnya. Biasanya adegan seperti itu akan diiringi dengan musik lucu.

Namun, entah karena aku belum terbiasa atau apa, aku justru merasa takut. Alih-alih merasa lucu melihat tingkah orang mabuk, aku lebih melihat mereka seperti sekumpulan orang yang kesurupan! Apa memang mereka kesurupan massal, ya? Lihat saja Saki dan Moe yang duduk di seberangku!

Mulanya, mereka hanya terkikik-kikik—mendengar mereka cekikikan saja sejujurnya aku sudah merinding! Hampir tidak ada bedanya dengan kikikan di film-film horor!—lalu mereka mulai saling menunjuk dan bicara dengan bibir dimonyongkan.

Saki yang berani melabrak Moe dan berkata kalau selama ini Moe selalu melimpahkan tugas berat kepadanya dan hanya mau mengerjakan tugas ringan saja. Moe bahkan ikut-ikutan dirinya mengidolakan Ando—si tampan yang kalem dari Tokyo, kata mereka. Mereka tidak tahu saja kalau Ando kadang suka bergosip. Tidak ada kalem-kalemnya sama sekali!

Moe yang tidak kalah mabuk, memperhatikan Saki dengan tubuh sempoyongan dan mata yang seperti orang mengantuk. Ia membela diri dan berkata kalau Saki itu terlalu serampangan dan seenaknya saja ketika bekerja. Sehingga Moe harus selalu membersihkan kekacauan yang Saki berikan.

Saki yang mendengar pembelaan Moe langsung tertawa sambil menyemburkan minum yang masih berada di mulutnya. Namun, setelah Moe membela diri perkara Ando yang dirasa bahwa Moe lebih dulu jatuh cinta, mereka tiba-tiba saja bertengkar dengan saling menjambak. Sampai-sampai mereka tidak sengaja menabrak Mochizuki yang sedang menuangkan osake ke cawan kecil milik Pak Kepala Akira. Keduanya berakhir dimarahi oleh Mochizuki yang juga sepertinya mulai mabuk karena suaranya beberapa kali seperti orang cegukan.

Beda seberang, beda juga tempatku. Kukira, duduk di antara Ando dan Senior Ana adalah tempat yang aman, tetapi sepertinya jauh lebih aman duduk di sebelah Pak Kepala Akira. Aku tidak tahu kalau Ando dan Senior Ana bisa segila ini!

Tahu apa yang mereka lakukan? Benar! Senior Ana bernyanyi dengan suara keras. Ia menjadikan gagang sendok sebagai mik, lalu mengangkat sebelah kakinya ke meja dan bernyanyi dengan suara yang lantang dan sumbang. Sementara, Ando mengiringinya dengan musik perkusi yang ia buat dari meja, gelas, piring, panci, juga botol minuman kosong di depannya. Mendengar keributan ini, aku sampai tidak bisa berkata apa-apa. Aku yakin seratus persen kalau mereka ini kesurupan!

Lihat selengkapnya