Dunia Kecil; panggung & omongkosong

Syauqi Sumbawi
Chapter #11

Fragmen 11

Fragmen

SEBELAS


Yangrana menggeliat sebelum benar-benar membuka matanya. Perlahan terdengar ranjang kayu berderit mengiringi tubuhnya bangkit. Kemudian mengedarkan matanya ke seluruh kamar. Sekat dinding batu yang legam. Daun pintu dan jendela yang tertutup, kokoh, tebal, dan berat. Lubang-lubang persegi pada dinding terlihat kelabu di atas jendela. Di dinding dekat pintu, obor terpasang memberi remang. Sementara di permukaan meja, sebuah nampan menumpu piring, gelas kecil, dan botol-botol minuman. Secara keseluruhan, kamar itu sama seperti kamar sebelumnya.

Rasa lapar kemudian membimbingnya mendekati meja. Setelah membuka penutup piring, ia mengambil madat dan menelannya. Sebentar ia memasang penutup piring kembali. Ia tak berselera. Begitu juga dengan minuman dalam gelas yang kemudian dibiarkan begitu saja setelah diminum sedikit.

“Pelayan,” katanya.

Yangrana mengulang panggilannya dengan sedikit tekanan seperti yang dimaksudkan Papa. Akan tetapi, pelayan itu belum muncul juga. 

“Pelayan!” panggilnya sekali lagi, setengah berteriak. Sebentar ia melangkah menuju pintu. Tiba-tiba terdengar suara menyapa ketika hendak membuka pintu.

“…. Salam sejahtera untukmu, Tuan.”

Hei, siapa kau?” kata Yangrana setelah tak menemukan siapapun di sana kecuali dirinya.

“Anda tak mengenal saya, Tuan Yangrana?”

“Siapa kau? Tunjukkan dirimu! Jangan seperti pengecut!” kata Yangrana mengelilingkan pandangan.

“Apa anda tak mengetahui di mana saya berada, Tuan?” kata suara itu disambung dengan tawa yang menggema. “Tidak jauh, Tuan. Saya di sini. Di kamar ini.”

Yangrana mengambil obor dari dinding di dekat pintu, lalu memeriksa seluruh kamar yang berbentuk kubus dengan sisi sepanjang 5 meter itu. Namun, asal suara itu tidak juga ditemukannya.

“Obor yang sia-sia, bukan?” kata suara kemudian tertawa.

“Bangsat! Dasar pengecut! Tunjukkan dirimu, kalau kau benar-benar jantan!” kata Yangrana kembali mengelilingi kamar sembari mendekat-dekatkan obor pada bagian-bagian ruang yang disinari sedikit cahaya. 

“Anda membutuhkan saran, Tuan?”

“Tunjukkan dirimu, Bangsat!

O, jangan marah, Tuan! Baiklah. Letakkan kembali obor di tangan anda itu pada tempatnya, sebab ia tak membantu anda untuk menemukan saya.”  

Yangrana hanya diam sembari terus mengawasi sekitar.

“Anda tidak percaya kepada saya, Tuan?! Ya, terserah. Tapi, pertanyaannya, kepada siapa anda akan menggantungkan kepercayaan, jika hanya ada saya, satu-satunya teman anda di sini?”

Lihat selengkapnya