Fragmen
DUABELAS
O, ada apa? Anda mencari saya? Hanya sebentar saya berada di luar. Rupanya angin malam begitu cepat memulihkan kekesalan saya. Selain itu, malah pikiran saya yang begitu keras menyuruh saya untuk kembali masuk, duduk bersama anda. Tepatnya saat Yangrana menjerit kesakitan itu. Kemudian, diam-diam saya memperhatikan si aktor mencret pemeran tokoh Yangrana itu.
Apa anda mengawasi kemampuan aktingnya selama ini? Bagaimana? Sip, bukan? Saya sendiri terpukau dibuatnya. Tidak menyangka bahwa dia berakting dengan baik seperti itu. Jauh lebih baik daripada saat latihan, di mana dia selalu memutus suasana yang telah terjalin dengan; “sebentar, saya lupa dialognya”, atau dia yang seperti belum menyatu dengan apa yang dilakonkannya. Karena itulah, saya memberi dia latihan khusus.
Coba lihat dia memerankan tokoh Yangrana! Bagaimana cara dia berjalan menyusuri lorong yang semakin jauh semakin melebar ukurannya itu, dan ekspresi wajahnya dalam remang cahaya obor yang menempel di dinding kanan-kirinya, yang menyiratkan bercampurnya perasaan akan harapan, bingung, yakin, ragu, dan sebagainya, yang mengagumkan seperti itu. Saya menaruh harapan kepadanya sebagai pemeran tokoh utama, juga aktor-aktor lainnya, bahwa pementasan ini bakal sukses. Meskipun ada sedikit kesalahan teknis tadi, tapi masih bisa saya tolelir. Dan saya punya rencana berkenaan dengan dirinya, jika nanti menggarap pementasan lagi, saya ingin memberi dia kesempatan sekali lagi untuk berperan sebagai tokoh utama. Ee, sebentar,... tapi, kalau melihat ulahnya di bawah panggung, saya jadi berpikir sekali lagi. Barangkali begitu juga dengan sutradara yang lain. Kalau saya, bisa-bisa nanti malah mengidap sakit jantung sebab didera kesal dan khawatir. Ya, nanti sajalah. Saya perlu melihat dulu bagaimana perkembangannya.