Dunia Kecil; panggung & omongkosong

Syauqi Sumbawi
Chapter #15

Fragmen 15

Fragmen

LIMABELAS

Yangrana diam. Matanya menerawang jauh menembus aquarium besar di depannya. Pikirannya mengelilingi jalinan cerita yang baru saja dituturkan laki-laki itu. Sejenak ia bergerak menghisap cerutu yang telah memanaskan jari-jarinya. Asap melayang-layang, menjadi samar dalam remang ruangan itu. Sementara di depannya, laki-laki itu tersenyum menatapnya. Ia masih bersikap seperti semula. Telapak tangannya disatukan di atas meja dan kedua sikunya menjadi penyangga beban bagian atas tubuhnya.

“Lantas?! Kepada siapa anda belajar kemudian?” kata Yangrana setelah menunduk sebentar seusai saling bertatapan mata dengan laki-laki itu.     

“Kepada siapa saya kemudian belajar?!” Laki-laki itu diam tersenyum. “Anda tahu, Tuan?! Itulah kenapa saya menyudahi cerita tentang diri saya ini. Saya belum menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut untuk melanjutkan cerita saya. Saya masih mencari jawabannya. Makanya, saya gembira sekali ketika mendengar kabar bahwa anda akan datang kemari. Dan kedatangan anda sebenarnya sudah saya tunggu-tunggu sejak lama. Saya pikir, begitu pun saya menjadi yakin, anda dapat memberikan jawaban tentang pertanyaan tersebut. Kepada siapa selanjutnya saya akan belajar?!”

O, anda bergurau, Tuan,” Yangrana tersenyum. Sebentar ia membuang cerutunya ke lantai selepas satu hisapan pendek dilakukannya.

“Tidak. Saya tidak bergurau. Akan tetapi, saya sangat yakin bahwa pengalaman-pengalaman anda selama hidup di dunia, juga di dunia kecil ini menjadikan anda dapat membantu saya untuk mencari jawaban,” kata laki-laki itu.

“Sungguh aneh?! Anda begitu yakin kepada saya. Padahal jika anda tahu, saya sendiri tengah dilanda kebingungan tentang apa yang terjadi. Tiba-tiba saya terbangun dan menemukan diri saya berada di dunia kecil ini. Dunia berukuran kecil. Mini. Bagian dari dunia.”

“Untuk itulah, Tuan, kedatangan anda di sini tidak hanya penting bagi saya sendiri. Tapi, untuk kita berdua. Kita bisa saling membantu dalam mencari jawaban. Karena apa yang sebenarnya kita hadapi selama kita hidup hanya sebuah pertanyaan. Dan itu sama artinya bahwa kita hidup hanya untuk mencari sebuah jawaban. Hanya itu. Namun pada kenyataannya, ruang dan waktu; keberadaan kita, menjadikan segala sesuatunya menjadi rumit. Kompleks. Begitu banyak pertanyaan yang kemudian bermunculan. Satu misal; kepada siapa saya akan belajar?, yang tiba-tiba muncul setelah kematian Kakek saya. Satu misal lagi; apa anda tahu tentang dunia kecil?, yang anda tanyakan beberapa waktu yang lalu kepada saya. Dan pertanyaan itu saya jawab bahwa dunia kecil adalah dunia tanpa siang dan malam, matahari, bulan, dan bintang…”

“Tidak,” serobot Yangrana. “Itu jawaban saya. Anda hanya mengiyakannya saja.”

Ehm, begini, Tuan. Anda keliru jika menganggap bahwa sepenuhnya saya hanya mengiyakan saja. Malah apa yang saya lakukan atau mengiyakan saja itu, menunjukkan bahwa interpretasi anda tentang dunia kecil adalah sebuah jawaban yang benar,” laki-laki itu diam sejenak. “Sekarang dengarkan saya! Apakah anda tahu tentang dunia kecil?”

Yangrana diam dan berpikir. Sementara laki-laki itu tersenyum menatapnya.    

“Entahlah. Saya masih bingung.”

Ah, barangkali anda perlu menghisap sebatang cerutu lagi agar bisa menjawabnya dan tidak bingung lagi,” kata laki-laki itu seraya menyodorkan sebatang cerutu.

Lihat selengkapnya