Dunia Kecil; panggung & omongkosong

Syauqi Sumbawi
Chapter #18

Fragmen 18

Fragmen

DELAPANBELAS

Oke?! Saya berharap keadaan akan terus begini. Terutama si aktor mencret pemeran Yangrana itu. Saya tenang jika dia bisa memanajemen hajat biologisnya. Tidak sampai mengganggu jalannya panggung.

Baiklah. Kita beromong-kosong lagi. Sampai di mana tadi? Ehm, ya, benar kata anda. Tentang cerpen yang menceritakan bagaimana pendiam-nya saya itu. Dan bagaimana pendapat anda? Konyol, bukan? Memang begitulah. Akan tetapi, naskah cerpen ini masih saya simpan. Karena ini merupakan kenang-kenangan dari cerpenis teman saya itu yang baru diberikan kepada saya sebelum pulang setelah wisuda sarjana beberapa tahun yang lalu. Ia diminta ayahnya untuk membantu mengelola pesantren di kampung halamannya yang cukup besar.

Lho, kenapa anda tertawa? Anda heran? Eh, jangan salah. Ini adalah dunia yang serba mungkin. Anda tahu tentang ‘mungkin’? ‘Mungkin berarti berpotensi, yang bisa ‘menjadi’ bila ada sebab. Misalnya seorang perempuan yang sehat dan mencukupi syarat berpotensi untuk hamil. Akan tetapi, harus ada sebab; yaitu laki-laki. Kalau tidak ada laki-laki, ia tidak bisa hamil. Bohong kalau seorang perempuan hamil tapi dia mengatakan tidak ada bapaknya. Kecuali untuk kasus tertentu, contohnya Mariyam yang hamil karena kuasa Tuhan. Dan melahirkan Isa al-Masih. Begitu! Makanya jangan terheran-heran dengan sesuatu yang sebenarnya tak perlu untuk diherani. Apalagi hanya kasus tentang seorang anak kyai yang menulis cerpen. Lha wong seorang Kyai yang juga seorang sastrawan juga banyak kok. Penyair, cerpenis, novelis dan sebagainya. Iya, toh?

Akan tetapi, jika membaca cerpen-cerpen dari cerpenis teman saya itu, ada benarnya jika anda tertawa. Kadang saya juga tidak habis pikir dengan cerpenis teman saya itu. Aneh. Bagaimana tidak? Semua cerpen yang ditulisnya, tokoh-tokohnya mengidap penyakit psikologis-psikopatik. Narcissis, neurotik, oedipus complex, pengidap depresi, megalomania, dan sebagainya. Padahal jika anda tahu, hal itu bertolak-belakang dengan wajahnya yang manis, tampan, dan tanpa dosa. Kok bisa dia itu menulis cerpen-cerpen yang mengerikan seperti itu?, itulah yang kerap menjadi pertanyaan pada diri saya. Namun, entahlah.

Lihat selengkapnya