Dunia Persilatan

Abel Adeline
Chapter #3

Bab 3. Ilmu Kanuragan Alam

Sudah beberapa menit sejak Darma dan Sanca memasuki bukit siluman, "bukit ini cukup luas mungkin akan perlu satu jam sebelum kita melewatinya."

"Paman, aku takut . . . "

"Jangan khawatir, para siluman itu tidak berani mendekat, mereka ada di tingkatan yang jauh di bawah ku."

Di sebelah kiri dan kanan, tidak terlihat apapun namun Darma dapat merasakan samar-samar ada yang menatap kearahnya. Ia pernah mendengar tentang bukit siluman sebelumnya, tempat ini tentu saja seperti namanya dipenuhi berbagai macam siluman, jika ada manusia yang masuk kedalamnya biasanya tidak akan pernah kembali. Dibilang biasanya karena tidak termasuk orang-orang yang memiliki ilmu kanuragan tinggi, siluman biasanya akan menghindari orang-orang seperti ini, mereka tidak mau ditangkap dan dijadikan budak seumur hidup. Hal ini juga yang menjadi sebab para siluman tidak menunjukan diri di pemukiman warga, hanya siluman yang sombong dan merasa kuat atau bahkan gila biasanya yang berburu manusia dan menyerang warga di pemukiman, siluman-siluman seperti itu biasanya berakhir diburu oleh para pendekar, menjadi budak atau di basmi hingga jiwanya hancur dan tidak bisa memulihkan diri.

"Sudah Semakin sore, semoga kita bisa keluar dari sini sebelum malam."

"Benar paman, aku merasa semakin kedinginan, berpikir untuk melewati tempat ini disiang hari bisa begitu menegangkan, aku tidak bisa membayangkan kalau melewatinya setelah matahari terbenam apalagi bermalam disini, ih . . . rasanya mengerikan."

Tersenyum kecil Sanca mengabaikan kata-kata Darma. Meski ia adalah pangeran, ia masih tetaplah anak kecil. Seberkas ingatan muncul dipikirannya, hari itu Darma baru saja dilahirkan, bayi mungil itu berkulit putih dengan tangan yang lembut dan lucu. Bayi itu semakin besar dan berlarian di halaman istana menyusahkan semua pengasuhnya, tertawa lebar lalu tidur kelelahan. Siluman tidak pernah dibiarkan mendekati pangeran, ia hanya bisa menatapnya dikejauhan namun rasa sayang muncul dihatinya bukan hanya karena ikatan janji yang ia buat namun dari hatinya yang paling dalam ia sangat menyangi anak ini, ada rasa ketertarikan yang aneh yang belum pernah dirasakannya, ia merasa anak ini suatu saat akan menjadi sosok yang besar yang mungkin merubah hidup semua orang.

Boom!!! Tiba-tiba sebuah pohon tumbang dan menghalangi jalan, Sanca melompat menghindar lalu berhenti dan bersiaga. Ia dapat merasakan bahwa ada musuh yang cukup kuat mendekat, "Siapa itu? tunjukan dirimu!"

Dua buah sosok muncul, seorang pria kekar dan pemuda kurus di belakangnya, "Tidak perlu kau suruhpun aku akan menunjukan diri" ucap pria kekar.

"Siluman harimau dan kera rupanya, jangan mengjalangi jalanku, menyingkirlah!"

"Ha ha ha, kau boleh pergi setelah meninggalkan anak kecil itu."

"Kau boleh bermimpi!" Dengan cepat Sanca menggambar lingkaran dengan jarinya mengelilingi Darma. "Apapun yang terjadi jangan keluar dari lingkaran ini tuan."

"Paman Sanca . . ." Darma hanya bisa terdiam menatap, tubuhnya bergidik sedikit takut menatap si pria kekar, pria itu pasti siluman yang cukup kuat hingga berani manantang paman Sancanya.

"Siluman ular tidak tau di untung, sekarang Mati ditanganku!!"

Macan melompat, cakar panjang muncul dari jari kukunya dan mengibas dengan cepat, cakar itu sangat tajam bahkan mampu membelah besi semudah pisau membelah tomat. Perlu waktu beberapa detik saja untuknya hingga sampai dan merobek tubuh sanca, namun cakar itu kenyataannya hanya merobek angin.

Sanca mengilang sejenak lalu muncul dibelakang Macan, tangannya berubah menjadi cambuk panjang dikibaskan ke tubuh Macan yang masih kebingungan, seketika Macan terlempar cukup jauh menumbangkan beberapa pohon yang tertabrak tubuhnya. Raungan harimau terdengar, ia menjadi sangat marah. Cakar tajam itu mencari pegangan lalu bangkit dengan sigap "Tak kusangka ular kecil sepertimu dapat melakukan teleportasi."

Lihat selengkapnya