Dunia Persilatan

Abel Adeline
Chapter #6

Bab 6. Kabar

"Murid, jadi kau sudah mencapai tingkat Mula?" Yohan bertanya dengan semangat.

"Benar guru, saya bisa merasakan tubuh fisik saja menjadi lebih kuat dan saya dapat berlari secepat angin. Biar saya tunjukan." Darma berlari dengan sangat cepat menuju ujung lembah lalu segera kembali dalam hitungan detik.

"Tidak buruk, Jangan terlalu senang dulu, ingat tingkatan 'Mula' sebenarnya hanya tingkatan awal dalam ilmu ini, untuk menembus tingkat selanjutnya akan lebih sulit. Tapi sebagai ucapan selamat gurumu akan memberi sebuah hadiah, kau boleh memilih senjata yang kau sukai."

Mata Darma berbinar "senjata guru?"

"Benar, selain teknik bertarung tangan kosong, kekuatanmu akan bertambah lebih baik dengan teknik senjata. Ikuti gurumu!"

Yohan bergerak sangat cepat dalam batas masih dapat diikuti oleh muridnya, mereka lalu sampai disebuah pintu gua. Gua tersebut disegel batu besar di depannya namun dengan mudah Yohan menggerakan batu tersebut kesamping. "Ayo Masuk!"

Darma mengekor dibelakang menatap takjub gua itu, ukuran mulut guanya cukup kecil hanya dapat dimasuki oleh satu orang dewasa, namun ruangan di dalamnya cukup luas. Mereka sampai disebuah ruangan khusus yang dihiasi berbagai macam senjata di dindingnya, beberapa senjata disimpan khusus dalam peti dan beberapa lainnya hanya tergeletak di tanah. "Kau hanya boleh memilih satu saja, pilih yang kau sukai dan kemudian latihanmu kelak akan bertumpu pada senjata tersebut."

"Hanya satu guru? tapi aku pernah berlatih panahan, pedang dan tombak dulu."

Menggeleng sedikit Yohan lalu berkata "Menguasi satu senjata sangat sulit, untuk mencapai tingkat pemahaman dan keahlian di dalamnya bisa jadi memerlukan waktu seumur hidup. Bisa saja kau mencoba menguasai semuanya bersamaan namun yang terjadi biasanya kau akan mendapatkan pemahaman dangkal. Jauh lebih baik berlatih dengan satu senjata tertentu dan menjadi master di bidangnya. Pada dasarnya semua senjata sama saja, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan, namun yang paling penting adalah menemukan senjata yang paling cocok untuk digunakan.

Melihat Darma terdiam Yohan lalu segera berkata, "Jangan terburu-buru, gurumu akan menunggu diluar." Setelah mengatakan itu Yohan lalu berbalik dan menghilang.

Sedikit kebingungang Darma memutuskan untuk berkeliling dan melihat-lihat. Yang pertama kali menarik minatnya adalah keris dengan gagang emas dan corak aneh pada batangnya, sepertinya keris ini memiliki daya magnet tersendiri, "menarik sekali, tapi coba kita lihat dulu yang lain." Yang kedua adalah sebuah golok besi biasa, matanya terlihat begitu tajam, namun ia tidak tertarik dengan golok lalu memutuskan melihat yang lain. Senjata-senjata yang tergeletak di tanah tampak kurang menarik, seperti tombak, pedang, busur, keris yang tampak biasa 'mungkin kah guru meletakannya berdasarkan nilai senjata ini?' ia lalu memutuskan untuk melihat senjata di dalam kotak.

Kotak yang pertama berisi pedang dengan gagang kayu yang tampak biasa, namun ada sebuah permata bening di letakan di antara gagang dan pedangnya, "Aku selalu tertarik dengan pedang, apa aku pilih yang ini saja?" namun menghabiskan rasa penasarannya ia memutuskan untuk melihat kotak kedua. Kotak kedua berisi sebuah baju pelindung berwarna emas, itu bukan senjata namun tetap menarik minatnya. Kotak ketiga berisi sebuah keris yang lain, yang berbeda dengan keris yang digantung mata keris ini berwarna merah "Aura yang dipancarkan keris ini agak mengerikan." Kotak yang terakhir berisi sepasang kampak berukuran sedang, mata kampaknya tampak begitu tajam dan ukiran di gagangnya sangat indah membuatnya tampak special.

Setelah beberapa saat kemudian akhirnya ia telah memutuskan dan bergegas keluar gua sebelum matanya silau dengan senjata yang lain. Saat ia keluar gurunya sedang berdiri tepat di luar pintu gua "Jadi kau memutuskan untuk mengambil pedang, bukan pilihan yang buruk" katanya dengan santai.

Tersenyum kecil Darma mengangguk dan menggengam pedang di ditangannya dengan lebih erat, "Aku tidak tahu kenapa guru tapi sepertinya aku selalu tertarik dengan pedang dari senjata apapun. Apa pedang ini memiliki nama?"

"Itu disebut pedang Matahari, sebenarnya pedang itu dibuat sepasang yang satunya lagi adalah pedang Bulan."

"Pedang Matahari dan Bulan?, Apa guru memiliki pedang yang satu lagi? aku hanya melihat satu pedang di dalam kotak."

Yohan menggeleng, "Pedang yang satu lagi dimiliki adik seperguruanku."

Darma menatap kagum, ia baru tahu kalau gurunya memiliki adik seperguruan, sebelumnya sang guru selalu tertutup untuk berbicara tentang hal pribadinya.

"Baiklah, kita kembali!" Perintah Yohan yang lalu bergegas pergi.

Lihat selengkapnya