Sebuah cahaya melesat begitu saja, tidak ada waktu atau kesempatan Macan dapat mencegah cahaya itu meraih sang anak dan ular di dekatnya, "Apa yang terjadi?" Macan kebingungan, merasa curiga ia melirik ke arah siluman kera.
"Bukan aku, sumpah dewa Hanoman" siluman kera menggeleng panik.
Siluman harimau dengan kemarahan yang tak terbendung berteriak kencang, suara raungannya meledak ke seuluruh bukit. Tanpa arah ia melompat kesana-kemari, menghancurkan apa saja yang di dekatnya, semua siluman yang lain hanya berlarian atau bersembuyi ketakutan, beberapa mengintip dari kejauhan.
Setelah mengamuk semalaman nafas Macan naik turun tidak karuan, ia berhenti hanya karena tubuhnya sudah amat kelelahan. "Anak itu, anak itu, aku hampir saja mendapatkannya."
Setelah sedikit merasa tenang dan juga menderita kelelahan fisik yang parah meski sebagian lukanya sudah mulai beregenerasi kembali, siluman harimau memutuskan kembali kedalam guanya. Ia dapat merasakan racun siluman ular dalam dirinya mulai menjalar dalam aliran darah. Ini bukanlah pertama kalinya ia terkena racun, ia sangat yakin dengan kekuatan tubuhnya, ia merasa hanya perlu beristirahat beberapa hari dan semuanya akan kembali seperti semula.
"Tuan apa kau perlu sesuatu?" Siluman kucing muncul dan dengan panik bertanya, ia merasa tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk membantu tuannya.
"Tidak perlu, biarkan aku sendiri saja."
Siluman kucing mengangguk lalu meninggalkan tuannya sendirian. Di dalam ruangannya bergegas Macan berbaring, tubuhnya agak menggigil meski ia tidak merasa kedinginan. Kemarahan dan kebencian semakin membesar dalam hatinya, ia pasti akan membalas dendam pada siluman ular itu jika punya kesempatan. Luka-luka di sekujur tubuhnya mulai tertutup sepenuhnya, tidak ada lagi darah yang mengalir keluar dari kulit dan akhirnya kembali mulus seperti tidak pernah terluka, namun racun di dalam tubuhnya tidak terasa berkurang malah rasanya semakin menyiksa.
Siluman kucing mulai kawatir dengan tuannya setelah berhari-hari tidak keluar dari ruangannya, ia lalu membawakan makanan sebagai alasan agar dapat masuk dan melihat kondisinya. "Tuan apa kau baik-baik saja? Saya membawakan daging rusa segar kesukaan tuan."
Macan masih dalam wujud manusianya menggigil sambil mengaduh dengan pelan, wajahnya sangat pucat dan bibirnya kebiruan. "Racun ini sungguh aneh, aku merasa kesakitan seolah organ dalam tubuhku dibakar, jika kemampuan penyembuhanku tidak sebaik ini mungkin aku sudah mati. Panggil kera jelek itu dan suruh ia mencari obat penawar untuk racun ini!"
"Baik tuan" tidak berani berlama-lama siluman kucing bergegas pergi keluar dan mencari siluman kera.
Sangat berisik dan suka mengacau membuat siluman kera tidak sulit untuk diketemukan, tidak butuh waktu lama untuk siluman kucing agar bisa menyampaikan pesan yang di perintahkan oleh tuannya.
"Apa? penawar racun?" siluman kera tertarik, ia bisa menebak apa yang sedang terjadi pada siluman harimau, setelah semua ia menyaksikan sendiri saat siluman ular menyerang Macan dengan seluruh kekuatan hingga ia tidak dapat memeprtahankan bentuk manusianya.
"Benar, kau tukang gosip. Semestinya berita ini dapat sampai ditelinga semua orang. Siapapun yang dapat memberikan penawar racun pada tuanku akan mendapatkan hadiah."
"Hadiah? Apa itu?"
"Jangan banyak tanya dulu, tuanku sedang kesakitan, hanya pastikan berita ini tersebar! Setelah itu masalah hadiah belakangan."
"Baiklah, jangan kawatir akan ku pastikan seluruh bukit mendengarnya."
"Sebaiknya begitu, atau kau akan mati."
Secepat angin berhembus, berita tentang Macan membutuhkan penawar racun diketahui oleh semua makhluk di bukit, beberapa siluman yang cukup memiliki nyali mengadu nasibnya membawakan berbagai macam obat penawar pada siluman kera yang lalu menyampaikannya pada siluman kucing. Tanpa curiga ataupun pikir panjang siluman harimau mencoba penawar itu satu persatu.
"Yang ini tidak bekerja."
"Ini penawar sampah."
"Ini, ini bekerja? ukh . . . sampah juga."