Cahaya hijau itu melebar lalu perlahan menipis kembali, semakin mencoba untuk mendekar Darma dapat merasakan getaran yang sangat kuat, jelas apapun yang ada di balik cahaya tersebut adalah sesuatu atau sesosok yang memiliki kekuatan yang lebih tinggi dari pada dirinya. Sambil berlari, melompati pohon samar-samar Darma mulai mengingat tekanan aura yang di pancarkan cahaya itu, mirip sekali dengan aura yang dimiliki ayahnya. "Mungkinkah ada siluman baru yang mencapai tingkat Madya? Jika ia maka apa sebaiknya aku melapor pada guru? Bagaimanapun tingkatannya berada terlalu jauh denganku."
Semakin dekat dengan cahaya hijau, Darma dapat melihat dengan jelas bahwa kemungkinan cahaya hijau itu berasal dari bawah tanah, ia dapat melihat kalau ada sebuah gua dengan lubang yang cukup lebar tidak jauh dari sana."Sepertinya apapun itu berasal dari dalam gua ini."
Menimbang-nimbang cukup lama Darma memutuskan untuk tidak bertindak ceroboh, bagaimanapun tempat ini masih asing baginya. Ia lalu memutuskan untuk memperhatikan dari jauh hingga ia paham apa yang terjadi. Cahaya hijau itu perlahan semakin menipis, menjadi lebih trasparan lalu kemudian akhirnya menghilang, begitu pula dengan tekanan auranya tidak seperti sebelumnya. Anak muda yang bersembunyi di balik pohon menarik nafas lega sesaat.
BOOOM!!! tiba-tiba suara dentuman keras terdengar mengguncang tanah di sekitarnya, dari mulut gua sesosok pria bertubuh kekar melompat sangat tinggi seolah ia sedang terbang terbang namun lalu turun dengan sangat cepat. Tanah disekitar tempatnya berpijak bergetar keras hingga debu-debu dan bebatuan beterbangan kesana-kemari.
Macan tertawa menggelegar hingga terdengar ke seluruh bukit "Akhirnya, akhirnya!!! Aku tidak perlu lagi tersiksa oleh racun sialan ini, Ha ha ha ha . . ."
Siluman kucing bergegas keluar dan memberi hormat pada tuannya, "Tuan, apa yang terjadi? oh . . . aura ini, mungkinkah tuan?"
Tertawa sejenak, Macan melirik abdi setianya sambil tersenyum bahagia. "Benar, aku sudah mencapai tingkat Madya, Ha ha ha, Kau berjasa besar Naya, juga siluman yang memberimu racun beberapa tahun yang lalu, siapa namanya?"
"Ah, Kobra, siluman ular itu yang memberikan hamba racun."
"Benar, aku harus menyapa dan memberinya hadiah, bagaimana dengan kera licik itu, apa ia juga membantu?"
Naya menunjukan wajah kesal sebelum menjawab. "Kera busuk itu bahkan tidak berusaha tuan, tidak perlu menghiraukannya."
"Baiklah, tapi sebelum semuanya, sekarang aku benar-benar lapar."
Sedikit panik Naya mengusap dahinya lalu berkata, "oh tentu tuan, saya akan segera menyiapkan makanan terlezat yang bisa saya dapatkan."
Macan menggeleng "Tidak perlu repot, aku ingin makan daging manusia sekarang."
Tidak sampai sedetik Macan berbicara, tubuhnya sudah melompat dengan kecepatan tinggi. Darma yang merasa sudah menyembunyikan keberadaannya dengan baik dibelakang pohon segera sadar kalau sang siluman harimau menuju ke arahnya, dengan panik ia berusaha melarikan diri namun sedikit terlambat karena cakar macan telah sampai di depan wajahnya.
[Seribu Langkah] Dengan cepat Darma menghindar dan melompat sangat jauh sehingga serangan Macan hanya menghancurkan batang pohon dibelakangnya. "Ce . . cepat sekali."
Macan sedikit terkejut, ia mengibaskan tangannya. "Kau juga cukup cepat, elemen angin kalau tidak salah? tapi jangan harap kau bisa kabur dengan kecepatan seperti itu."
Mata Darma dapat melihat sosok di depannya lebih jelas, ia sejak tadi memperhatikan, namun kini lebih yakin dengan ingatannya. "Kau Macan bukan? kau masih hidup?"
Naya dari kejauhan mengerenyitkan dahi "Siapa kau manusia hina? Beraninya menyebut nama tuanku dengan mulut busukmu!"