Setelah mendengar perintah gurunya untuk meninggalkan bukit Siluman, Darma meminta waktu satu minggu agar dapat mengabiskan waktu lebih lama dengan paman Sanca dan juga berlatih. Dalam waktu yang singkat itu ia berusaha mencari tahu lebih banyak tentang apa sebenarnya yang terjadi dengan kerajaannya dan Bukit Siluman. Namun susuai ucapannya dulu, paman Sanca tidak mau mengucapkan sepatah katapun mengenai kejadian itu hingga Darma telah benar-benar menjadi kuat. Darma juga mendapat gulungan baru dari gurunya berisi tingkat lanjutan dari jurus-jurus yang telah dipelajarinya, saat itu ia baru menyadari bahwa tingkatan jurusnya juga beragam dan yang telah ia kuasai sangatlah rendah.
Beberapa kali timbul keinginan untuk memaksa sang guru mengijinkan Sanca menemaninya dalam perjalanan, namun setiap kali ia mencoba berbicara tidak pernah berjalan dengan baik dan akhirnya mengurungkan niat. Akhirnya ia menyimpulkan kalau perintah gurunya pasti adalah yang terbaik, mungkin ini agar membuatnya tidak bergantung pada sang paman dan menjadi lebih mandiri.
Tujuh hari berlalu dengan begitu cepat, setelah berkemas Darma kini sudah benar-benar memantapkan diri. "Guru, aku akan pergi."
"Apa kau sudah selesai membaca gulungan yang ku berikan?"
"Sudah guru, berkat pertarungan dengan Macan, saya dapat memahaminya dengan lebih baik. Namun masih perlu waktu dan pengalaman lebih untuk benar-benar menguasainya."
"Bagus, jika kau sudah siap, lebih cepat kau pergi akan lebih baik. Aku memiliki hadiah perpisahan" Yohan melemparkan sebuah baju besi dari emas.
"Kata-katamu agak menyakitkan guru." Menangkap baju besi itu Darma kemudian memperhatikannya. Ia kini menyadari bahwa baju itu sama dengan yang pernah ia lihat di dalam gua ketika memilih senjata dulu.
Mengabaikan pertanyaan Darma, Yohan malah membahas tentang baju di tangan muridnya. "Baju pelindung itu cukup kuat, bahkan seseorang di tingkat Madya awal akan kesulitan menembusnya. Kenakanlah sebelum kau pergi!"
Mengangguk, Darma lalu mengenakan baju pelindung itu di balik pakaiannya. Sanca juga memberikan Darma satu set pakaian baru, pakaian itu berwarna biru hitam dengan beberapa motif geometris di bagian kerahnya. "Aku tidak tidak terlihat seperti anggota kerajaan, tapi juga tidak menyedihkan bukan paman?" Darma bersemangat mengenakan pakaian barunya.
"Benar tuan, anda terlihat sangat berwibawa dan tampan."
Wajah Darma sedikit memerah saat saat mendengarkan pendapat pamannya. "Aku tidak terlalu mencolok bukan?"
"Saya kira tidak tuan."
"Baguslah, kalau begitu sudah waktunya aku pergi"
"Ah, tunggu sebentar tuan, ada satu benda lagi yang ingin saya berikan." Sanca bergegas meraih saku bajunya dan mengambil sebuah gelang. "Karena tuan akan pergi sendirian sebaiknya bawalah ini."
Menerima gelang itu darma segera menyadari bahwa itu bukanlah gelang biasa, itu adalah Gelang Penyimpanan. Gelang ini memiliki sedikit sihir di dalamnya, fungsinya mirip seperti tas dengan kapasitas penyimpanan yang beragam, yang diberikan pada Darma memiliki kapasitas ruangan sebesar lapangan Futsal dan tentu saja itu tidak kosong. Darma segera mengikat gelang itu dengan energinya, ini adalah pengetahuan dasar di kalangan bangsawan. Ia lalu takjub setelah melihat isi dalam gelang ditangannya. "Ada banyak sekali emas dan perak, juga beberapa pakaian ganti dan makanan."
Sanca tersenyum puas. "Almarhum ayahanda tuanku telah mempersiapkan semuanya dengan matang, tentu ia tidak ingin putranya jatuh miskin dan kelaparan. Dan itu belum semuanya, hanya sedikit dari harta tuan. Hamba akan menyimpan sisanya untuk berjaga-jaga."